Alat-Alat Untuk Mengukur Pasang Surut
Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan
turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan
arus pasang surut. Permukaan air laut
senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga
terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan
arus pasut(Tidal current). Gerakan arus
pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami
perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya
kedalaman (Mihardja et,. al 1994).
Menurut King (1962), arus yang terjadi di laut teluk dan
laguna adalah akibat massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke
permukaan yang lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus pasang surut
adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki karakteristik
pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang pasut merambat memasuki
perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini
akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas.
Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat,
tarikan gesekan pada dasar laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan
resultan turbulensi menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara
vertikal. Pada daerah lain, di mana arus
pasang surut lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian
stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi.
Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang bercampur dan
terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat
perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi batas.
Alat-alat Pengukuran
Pasang Surut
Beberapa alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah
sebagai berikut :
1.Tide Staff.
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter
atau centi meter. Biasanya digunakan
pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan
alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati
ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari
kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat.
Syarat pemasangan papan pasut adalah :
1.Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut
terendah masih tergenang oleh air
2.Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau
pada daerah aliran sungai (aliran debit air).
3.Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau
aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak teratur
4.Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang
mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus
5.Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah dikaitkan
6.Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada
sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
7.Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan
harus stabil
8.Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus
dan sampah
2.Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut
secara mekanik dan otomatis. Alat ini
memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian
direkam ke dalam komputer. Tide gauge
terdiri dari dua jenis yaitu :
•Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan
air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat
pencatat (recording unit). Pengamatan
pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah
dengan cara rambu pasut.
•Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan
floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui
perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat
(recording unit). Alat ini dipasang
sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut,
namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut.
3.Satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat
diluncurkannya sistem satelit Geos-3.
Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga
objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global,
memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut
rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit
altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa
radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa
oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar)
kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut
dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit.
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan
teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak
vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan
ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau
SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit
dengan jarak vertikal. Variasi muka laut
periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat
terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita
akan melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh
dua lautan yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang
berada di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang,
dan arus laut cukup besar. Hasil
pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa
wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup
tinggi. Gambar 15 memperlihatkan peta
pasang surut wilayah lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa
wilayah lepas laut pesisir Indonesia yang memiliki pasang surut cukup tinggi
antara lain wilayah laut di timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera
Selatan dan Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan
Timur, dan muara sungai di selatan pulau Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto,
2003).
Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh
penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai
dan batimeri perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan
laut yang dangkal dan laut dalam.
Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah harian
(semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil,
Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di
Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan
tipe ganda yang menonjol. Pasang surut
harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan
pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar
3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta
dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal. Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi
antara 1 sampai dengan 6 meter. Di Laut
Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat madura
yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang
surut 6 meter di jumpai di Papua (Diposaptono, 2007).