-->

Inilah Masa Kejayaan Kerajaan Gowa Tallo

Materi Tentang Masa Kejayaan Kerajaan Gowa Tallo PDF PPT DOC - Kali ini AkhmadShare.Com akan berbagi file dan artikel materi pembelajaran yang bisa kamu baca dan download gratis disini sebagai literatur bahan belajar atau mengerjakan tugas dari guru disekolah, dosen dikampus, ataupun instansi. semoga kamu terbantu dan dapat bermanfaat ya.
Berikut dibawah ini file materi tentang Kerajaan Gowa Tallo sebagai acuan bahan literatur/materi pelajaran/tugas/makalah/skripsi/jurnal/tesis di sekolah, kampus, ataupun instansi:


Cara Download: Klik judul file yang ingin download diatas >> Klik Get Link >> Klik Go to Link >> Selesai, saran kalau kamu menggunakan HP, gunakanlah Chrome/UC Browser.

Artikel Materi Tentang Masa Kejayaan Kerajaan Gowa Tallo


Kerajaan Tallo merupakan salah satu kerajaan suku Makassar yang terdapat di Sulawesi Selatan. Kerajaan ini berhubungan erat dengan Kerajaan Gowa, yang secara bersama-sama setelah Islamisasi persekutuan kerajaan Gowa-Tallo oleh para sejarawan disebut dengan nama Kesultanan Makassar.

Gowa dan Tallo pra-Islam merupakan kerajaan kembar milik dua bersaudara. Berawal di pertengahan abad ke-16, pada masa pemerintahan Gowa IV Tonatangka Lopi, ia membagi wilayah Kerajaan menjadi dua bagian untuk dua putranya, Batara Gowa dan Karaeng Loe ri Sero. Hal ini dikarenakan kedua putranya sama-sama ingin berkuasa. Batara Gowa melanjutkan kekuasaan sang ayah yang meninggal dunia dengan memimpin Kerajaan Gowa sebagai Raja Gowa VII. Sedangkan adiknya, Karaeng Loe ri Sero, mendirikan kerajaan baru bernama Tallo.

Masa Kejayaan Kerajaan Gowa Tallo

Pada awalnya, Kerajaan Gowa-Tallo lebih dikenal yang merupakan sebagai Kerajaan Makassar yang terdiri dari beberapa kerajaan yang memiliki corak Hindu yang diantara lain seperti Gowa, Tallo, Wajo, Bone, Soppeng dan Luwu. Dengan adanya dakwah dari Dato’ri Bandang dan Dato’Sulaiman, Sultan Alaudin ( Raja Gowa ) masuk Islam, maka setelah raja memeluk Islam rakyat pun segera ikut memeluk Islam.

Masa kejayaan kerajaan gowa tallo adalah saat masa pemerintahan Sultan Hassanudin, benteng Fort Rotterdam adalah sebuah bangunan benteng peninggalan masa kejayaan kerajaan Gowa Tallo yang terletak di pesisir barat pantai kota Makassar. Benteng ini dibangun oleh raja Gowa ke-9, yakni I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ Kallonna pada tahun 1545. Karena awalnya berbahan tanah liat, Raja Gowa ke-14, yakni Sultan Alauddin kemudian memugar bangunan benteng dengan bahan batu padas yang diperoleh dari pegunungan Karst di Maros.

masa kejayaan Kerajaan Gowa Tallo tidak terlepas dari peranan yang dimainkan oleh Karaeng Patingalloang yang juga menjabat sebagai Mangkubumi Kerajaan yang berkuasa 1639-1654. Karaeng Pattingalloang sukses menjadikan Kerajaan Gowa-Tallo menjadi salah satu kerajaan yang besar diNusantara lewat sains yang ia kuasai secara otomatis membawa Makassar tercatat sebagai kota/bandar terbesar sebagai pusat ibu kota saat itu, telah berkembang menjadi bandar niaga yang amat ramai di kunjungi, baik oleh pedagang-pedagang kerajaan lain diNusantara maupun oleh bangsa-bangsa asing. Dan malahan dianggap Malaka kedua sesudah Portugis menduduki Malaka (1511).

Atas jasanya, Gowa mengalami puncak kejayaan dan mampu menjalin hubungan persahabatan dengan Raja Inggris, Raja Castilia di Spanyol, Mufti Besar Saudi Arabia, Raja Portugis, Gubernur Spanyol di Manila, Raja Muda Portugis di Goa (India) dan Merchante di Masulipatan (India). Sebagaimana Ayahnya, Karaeng Matoaya, Karaeng Pattingaloang juga seorang ahli ibadah, dapat membaca kitab gundul dan menerangkan tafsirnya. Karaeng Pattingaloang adalah salah seorang putera dari Karaeng Matoaya dari ibunya bernama I Wara, Salah seorang saudara kandungnya adalah Sultan Abdul Gaffar, yang gugur dalam perjalanan setelah menaklukkan Timor dalam tahun 1841.

Kalau Karaeng Matoaya semasa menjabat Mangkubumi (1593 – 1636) dianggap telah meletakkan dasar perkembangan Kota Makassar sebagai Bandar internasional, maka puteranya Karaeng Pattingaloang mengantarkan Gowa ke puncak kejayaan sebagai kerajaan terkuat dan Bandar niaga terbesar pada zamannya baik di nusantara maupun di luar negeri. Oleh karena mahir dalam beberapa bahasa Eropa, maka dia tampil sebagai tokoh pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan pada zamannya. Bahkan mungkin sampai kini belum ada yang dapat menandinginya dalam penguasaan bahasa asing.

Pada tahun 1646, Alexander Rhodes seorang misionaris Katholik pernah menulis tentang Karaeng Pattingalloang, antara lain sebagai berikut: “Karaeng Pattingalloang adalah orang yang menguasai semua rahasia ilmu barat, sejarah kerajaan-kerajaan Eropa dipelajarinya, tiap hari dan tiap malam ia membaca buku-buku ilmu pengetahuan Barat. Mendengarkan ia berbahasa Portugis tanpa melihat orangnya, maka orang akan menyangka, bahwa orang yang bercerita itu adalah orang Portugis totok dari Lisabon”

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel