Cara Penyerbukan Silang Tanaman Jagung dengan Persilangan Intervariental
Ruang lingkup dalam bidang kegiatan pemuliaan tanaman
memiliki tujuan salah satunya adalah menimbulkan keragaman genetik, mendapatkan
varietas-varietas baru dengan sifat-sifat keturunan yang lebih baik daripada
yang kini sudah diusahakan, cara menimbulkan keragaman sendiri bermacam-macam
salah satunya adalah dengan persilangan .
Persilangan merupakan cara yang paling populer untuk
meningkatkan variasi gen karena dianggap murah, efektif dan relatif mudah
dilakukan. Persilangan adalah memanipulasi komposisi gen dalam populasi, semua
varietas unggul padi, jagung dan kedelai yang ditanam di Indonesia saat ini
dirakit melalui persilangan yang diikuti dengan seleksi.
Baca juga: Faktor yang Mempengaruhi Proses Perkecambahan
Baca juga: Faktor yang Mempengaruhi Proses Perkecambahan
Artikel terkait tentang 'Jagung':
- Pengertian Jagung
- Contoh Abstrak Jagung
- Budidaya Tanaman Jagung
- Asal Usul Tanaman Jagung
- Contoh Pendahuluan Jagung
- Latar Belakang Jagung Untuk Makalah atau Skripsi
- Budidaya Tanaman Jagung Berdasarkan Penelitian
- Taksonomi Tanaman Jagung Lengkap Dengan Morfologinya
- Sifat Botanis (Taksonomi, Syarat Tumbuh, Morfologi) Tanaman Jagung
Penelitian untuk persilangan sederhana dapat dilakukan pada
tanaman jagung, hal ini selain fisik dari putik dan benang sari yang lebih
besar dibanding tanaman serealia yang lain juga karena tanaman jagung mempunyai
komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara penyerbukannya yang secara
menyilang tersebut (Takdir, M.A., Sunarti, S., dan Mejaya, M.D. 2010.)
Pentingnya persilangan dalam suatu kegiatan pemuliaan
tanaman tidak dapat dielakkan dan dipungkiri, tanpa persilangan maka
kemungkinan untuk memperoleh keragaman atau variasi genetik juga tidak akan
meningkat dan berkembang. Kemampuan persilangan untuk mendapatkan suatu
varietas baru juga sangat menentukan bagi pengukuran standar minimum sebagai
dasar dari klasifikasi atau penuntun pengukuran untuk menentukan tinggi
rendahnya kualitas suatu jenis tanaman.
Kepentingan dalam melakukan uji persilangan dalam metode
tanaman menyerbuk silang ini pada akhirnya akan selalu bermuara untuk memenuhi
perkembangan bidang teknologi pemuliaan yang berorientasi pada pencarian
varietas unggul. Berlatar belakang hal tersebut maka praktikum penelitian
dengan judul Hasil Penyerbukan Silang Intervarietal antara Varietas Jagung
Putih Lokal dengan Varietas Jagung Manis Hibrida pada Lahan Rawa Lebak ini
dilakukan.
Pada persilangan intervariental tanaman jagung varietas
jagung manis hibrida dengan tanaman jagung varietas jagung putih lokal didapati
kenampakan sebagai berikut:
1. Warna bulir/biji jagung pada varietas jagung manis
hibrida dominan orange/kuning tua, namun dibeberapa biji dalam 1 tongkol jagung
didapati kenampakan warna kuning muda pucat dan agak putih. Namun dikarenakan
proporsi warna kuning muda pucat dan agak putih tersebut sangat sedikit maka
sekilas hampir kenampakan tersebut tidak terlihat.
2. Warna bulir/biji jagung pada varietas jagung putih lokal
dominan putih, namun dibeberapa bulir/biji dalam 1 tongkol jagung didapati
kenampakan warna orange/kuning tua dengan proporsi yang juga sedikit tetapi
kenampakan perbedaan warna pada beberapa bulir/biji dalam 1 tongkol tersebut
sangat jelas terlihat.
Persilangan intervarietal atau yang disebut juga persilangan
intraspesifik merupakan persilangan antara tanaman-tanaman yang berasal dari
varietas yang berbeda tetapi masih dalam spesies yang sama. Persilangan ini
merupakan salah satu dari beberapa cara untuk meningkatkan variasi genetik
dalam strategi pemuliaan tanaman. Pada dasarnya tanaman penyerbuk silang adalah
heterozigot atau heterogenus. Satu individu dan indinidu lainnya secara genetis
berbeda. Tetapi dalam tahap perkembangannya, mungkin suatu populasi akan
menjadi lebih baik atau sebaliknya sesuai dengan komposisi gen yang dimilikinya
dan jika dilakukan persilangan maka kemungkinan hasil persilangan antara invidu
yang ada hubungan famili/keluarga atau pembuahan sendiri akan mengarah kepada
peningkatan homozigot.
Persilangan pada tanaman jagung dilakukan dengan cara
penyerbukan silang sebab jagung sendiri yang secara alamiahnya merupakan
tanaman menyerbuk silang (cross pollinated crops) yaitu benag sari dan putik
terletak pada bunga yang berbeda dalam 1 tanaman atau lain tanaman.
Pada praktikum ini didapati komposisi warna yang masih
dominan pada warna asalnya sesuai dengan komposisi warna yang memang semestinya
dominan. Terutama untuk biji-biji pada tongkol jagung varietas jagung manis
hibrida. Begitu pula pada biji-biji pada tongkol jagung varietas jagung putih
lokal, meskipun didapati beberapa biji yang sangat persis warnanya dengan
varietas jagung manis hibrida tetapi proporsinya hanya sedikit.
Tetapi jika ditelaah lebih lanjut maka kemampuan gen
varietas jagung manis hibrida dalam mempengaruhi warna biji-biji pada tongkol
jagung varietas jagung putih lokal jauh lebih dominan. Kemampuan gen tersebut
mungkin juga dipengaruhi oleh banyaknya serbuk sari varietas jagung manis
hibrida yang ditempelkan pada kepala putik varietas jagung putih lokal pada
saat persilangan. Hal ini tentu saja jika dibandingkan dengan banyaknya serbuk
sari pada tanaman jagung varietas jagung putih lokal yang ditempelkan pada
kepala putik varietas jagung manis hibrida
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa konstitusi genetik yang
lebih dominan adalah sel kelamin betina (putik). Konstitusi genetik sel kelamin
betina masing-masing varietas cenderung tidak terpengaruh oleh persilangan
intervarietal yang dilakukan hal ini terlihat pada proporsi warna yang terpengaruh
sangat sedikit.
Perkawinan silang antar spesies dan dalam spesies memiliki
beberapa perbedaan dalam tingkat keragaman genetik nantinya. Jenis perkawinan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sehingga dalam proses perkawinan
dalam tanaman atau sering disebut dengan penyerbukan diperlukan pengetahuan
khusus mengenai meorfologi dan sifat-sifat pada bunga. Proses penyerbukan
ditandai dengan menempelnya serbuk sari ke kepala putik. Setiap jenis tanaman
memiliki cara-cara tersendiri dalam proses tersebut secara alami. Penyerbukan
tanaman oleh manusia baik untuk memperoleh varietas baru maupun untuk
mendapatkan produk dari tanaman tersebut harus memperhatikan proses penyerbukan
tanaman secara alami itu sendiri.
Warna dan proporsinya pada bulir jagung ditentukan oleh
warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron). Kenapa warna pada bulir
jagung hasil persilangan intervarietal menunjukkan 2 atau lebih warna pada
masing-masing varietas? Hal ini tentu saja
disebabkan karena setiap bulir/biji yang terbentuk dari penyerbukan oleh
serbuk sari yang berbeda tersebut walaupun konstitusi genetiknya tidak
sedominan kepala putik.
Mengapa konstitusi genetik pada kepala putik (bunga betina)
lebih mendominasi pada hasil persilangan intervarietal? Hal ini kemungkinan
dapat kita kembalikan lagi pada kecepatan berbunga masing-masing varietas dan organ generatif tanamannya yaitu bunga.
Kecepatan berbunga pada tanaman jagung varietas jagung putih
lokal lebih cepat 5 hari dibanding dengan tanaman jagung varietas jagung manis
hibrida. Secara tidak langsung kemungkinan penyerbukan pada tanaman jagung
varietas jagung putih lokal juga berlangsung lebih awal sebelum persilangan
intervaerietal dilakukan yakni terjadinya self pollination. Sehingga saat
persilangan intervarietal dilakukan maka efektifitas dan kemampuan konstitusi
genetik dari sel kelamin jantan varietas hibrida tidak begitu berpengaruh lagi,
atau mungkin juga diakibatkan oleh kematangan serbuk sari yang belum optimal.
begitu halnya sama dengan yang terjadi pada tanaman jagung varietas jagung
manis hibrida.
Terlambatnya fase pembungaan pada tanaman jagung varietas jagung manis hibrida mengakibatkan persilangan intervarietal mengalami kegagalan (tidak optimum) yang dikarenakan oleh menurunnya konstitusi genetik dari sel kelamin jantan dari tanaman jagung varietas jagung putih lokal karena tingkat kematangan dari serbuk sarinya sudah melewati masa-masa produktif.
Terlambatnya fase pembungaan pada tanaman jagung varietas jagung manis hibrida mengakibatkan persilangan intervarietal mengalami kegagalan (tidak optimum) yang dikarenakan oleh menurunnya konstitusi genetik dari sel kelamin jantan dari tanaman jagung varietas jagung putih lokal karena tingkat kematangan dari serbuk sarinya sudah melewati masa-masa produktif.
Selain kemungkinan-kemungkinan tersebut perlu kita kaji
ulang bagian atau struktur organ generatif pada tanaman jagung. Bunga jantan
merupakan bunga majemuk tidak berbatas
(inflorescentia racemosa) dan bunganya tidak melekat langsung pada ibu
tangkainya.Bentuk bunganya berupa bulir majemuk dan berbentuk seperti karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan berbau khas. Bunga
jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada
bunga betinanya (protandri).
Pada umumnya tanaman jagung memiliki cara penyerbukan anemofili, penyerbukan dengan perantara angin. Hal yang perlu kita garis bawahi disini adalah penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Berarti ia mampu jatuh lebih awal ke kepala putik sebelum disilangkan, atau jika pun tidak demikian maka kemungkinan serbuk sari diterbangkan angin lebih besar sehingga saat persilangan dilakukan jumlah serbuk sari tinggal sedikit, dan kemungkinan terbesar adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik tentu pada dirinya sendiri (self fertile dan sel pollination) sebab tanaman jagung varietas jagung manis hibrida sendiri belum terjadi pembungaan sehingga saat dilakukan persilangan intervarietal serbuk sari dari varietas jagung manis hibrida tidak berpengaruh banyak lagi, dan begitu pula sebaliknya.
Pada umumnya tanaman jagung memiliki cara penyerbukan anemofili, penyerbukan dengan perantara angin. Hal yang perlu kita garis bawahi disini adalah penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Berarti ia mampu jatuh lebih awal ke kepala putik sebelum disilangkan, atau jika pun tidak demikian maka kemungkinan serbuk sari diterbangkan angin lebih besar sehingga saat persilangan dilakukan jumlah serbuk sari tinggal sedikit, dan kemungkinan terbesar adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik tentu pada dirinya sendiri (self fertile dan sel pollination) sebab tanaman jagung varietas jagung manis hibrida sendiri belum terjadi pembungaan sehingga saat dilakukan persilangan intervarietal serbuk sari dari varietas jagung manis hibrida tidak berpengaruh banyak lagi, dan begitu pula sebaliknya.
Lantas kenapa tanaman jagung varietas jagung putih lokal lebih
dahulu dalam fase pembungaan? Hal ini tentu saja bisa kita kembalikan lagi pada
faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman jagung varietas
jagung putih lokal tentu saja lebih adaptif terhadap faktor lingkungan pada
lahan rawa lebak seperti cahaya, air, suhu, keasaman tanah, kerapatan tanaman,
mineral dan bahan organik tanah, dan lain-lain.
Dengan tingkat adaptifitasnya yang cukup tinggi maka tentu saja
fase-fase dalam pertumbuhan dan perkembangannya jauh lebih cepat dibanding
dengan varietas jagung manis hibrida, meskipun pada beberapa minggu pertama
pertumbuhannya lebih lambat tetapi dengan sinkronnya adaptifitas tersebut maka
akhirnya tanaman jagung varietas jagung putih lokal mampu menyusul bahkan
mendahului varietas jagung manis hibrida dalam fase pembungaan.
Kesimpulan
1. Cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan atau
dilakukan dalam melakukan penyerbukan silang pada tanaman jagung dengan
persilangan intervariental (persilangan intraspesifik) yaitu a). pengambilan
serbuk sari (emaskulasi atau kastrasi), b). pemotongan kepala putik, c).
penempelan/peletakan serbuk sari hasil kastrasi, dan d). pembungkusan/penutupan
kepala putik yang sudah ditempeli serbuk sari diikuti oleh pelepasan pembungkus
setelah 1-2 hari pembungkusan dilakukan.
2. Hasil yang didapati pada persilangan intervarietal dari 2
jenis varietas tanaman jagung ini adalah; a). warna bulir/biji jagung pada
varietas jagung manis hibrida dominan orange/kuning tua, namun dibeberapa biji
dalam 1 tongkol jagung didapati kenampakan warna kuning muda pucat dan agak
putih.
Namun dikarenakan proporsi warna kuning muda pucat dan agak putih tersebut sangat sedikit maka sekilas hampir kenampakan tersebut tidak terlihat dan b). Warna bulir/biji jagung pada varietas jagung putih lokal dominan putih, namun dibeberapa bulir/biji dalam 1 tongkol jagung didapati kenampakan warna orange/kuning tua dengan proporsi yang juga sedikit tetapi kenampakan perbedaan warna pada beberapa bulir/biji dalam 1 tongkol tersebut sangat jelas terlihat.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa; a). konstitusi genetik yang lebih dominan adalah sel kelamin betina (putik) dan b). jagung varietas jagung putih lokal lebih adaptif terhadap faktor lingkungan lahan rawa lebak seperti cahaya, air, suhu, keasaman tanah, kerapatan tanaman, mineral dan bahan organik tanah, dan lain-lain dibanding jagung varietas manis hibrida.
Namun dikarenakan proporsi warna kuning muda pucat dan agak putih tersebut sangat sedikit maka sekilas hampir kenampakan tersebut tidak terlihat dan b). Warna bulir/biji jagung pada varietas jagung putih lokal dominan putih, namun dibeberapa bulir/biji dalam 1 tongkol jagung didapati kenampakan warna orange/kuning tua dengan proporsi yang juga sedikit tetapi kenampakan perbedaan warna pada beberapa bulir/biji dalam 1 tongkol tersebut sangat jelas terlihat.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa; a). konstitusi genetik yang lebih dominan adalah sel kelamin betina (putik) dan b). jagung varietas jagung putih lokal lebih adaptif terhadap faktor lingkungan lahan rawa lebak seperti cahaya, air, suhu, keasaman tanah, kerapatan tanaman, mineral dan bahan organik tanah, dan lain-lain dibanding jagung varietas manis hibrida.