-->

Jenis Mikroorganisme yang Menguntungkan di Bidang Pertanian

Dengan membaca artikel ini anda akan mengetahui pengertian mikroorganisme, mengetahui jenis-jenis mikroorganisme yang menguntungkan, khususnya di bidang pertanian, mengetahui fungsi, keuntungan dan manfaat dari mikroorganisme.

Mikroorganisme atau mikroba adalah makhluk hidup yang ukurannya sangat kecil berupa jasad renik dan umumnya hanya dapat dilihat dengan mikroskop, misalnya bakteri, virus, dan jamur atau cendawan.
Kebanyakan dari mikroorganisme yang kita kenal adalah mikroorganisme yang merugikan, seperti virus dan bakteri. Contohnya virus strain H1N1 yang menyebabkan penyakit flu burung, atau bakteri E. Colli yang dapat mengakibatkan keracunan makanan, atau cendawan Fusarium oxysporum dan bakteri Ralstonia solanacearum yang mengakibatkan penyakit pada tanaman hortikultura seperti penyakit layu pisang.

Namun ternyata dibalik image parasitisme yang ada pada mikroorganisme ada pula mikroorganisme yang menguntungkan dan memberi manfaat bagi kelangsungan dan keberadaan makhluk hidup dan lingkungannya, seperti di lingkungan pertanian misalnya.
Mikroorganisme tertentu justru sangat dibutuhkan untuk melangsungkan proses dekomposisi bahan organik, mengikat unsur N, agens hayati dalam penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), memacu pertumbuhan tanaman budidaya, dan lain-lain.
Pengenalan akan mikroorganisme dalam dunia pertanian sangat penting dan dibutuhkan, sebab jika kita tidak mengetahui tentang seluk beluk mikroorganisme maka kita tidak akan pernah tahu betapa pentingnya keberadaan mikroorganisme bagi ekosistem kita, sehingga untuk itulah makalah ini disusun.

A.    Mikroorganisme yang Bermanfaat bagi Bidang Pertanian
Seperti yang sudah ditulis pada bab pertama, Mikroorganisme atau mikroba adalah makhluk hidup yang ukurannya sangat kecil berupa jasad renik dan umumnya hanya dapat dilihat dengan mikroskop, misalnya bakteri, virus, dan jamur atau cendawan, dan sebagainya.
Jenis-jenis mikroorganisme yang bermanfaat di bidang pertanian misalnya adalah:
1.    Sianobakteri yang merupakan prokariot fotoautotrof  yang sangat mirip dengan yang ditemukan pada tanaman tingkat tinggi. Kemampuannya mengikat N, sehingga dikatakan bahwa sianobakteri adalah penyumbang utama untuk fiksasi N global.
Begitu pula dengan diazotrof bakteri seperti Rhizobium, secara umum strain rhizobium bertanggungjawab untuk pembentukan nodul akar atau bintil akar efektif pada setiap jenis legume, sehingga kira-kira 10% dari 12.000 spesies leguminosa tang telah diuji dan sebesar 90% mampu melakukan fiksasi N simbiotik dengan bantuan Rhizobium tersebut.

2.    Lain halnya dalam penerapan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada bidang pertanian, mikroorganisme seperti bakteri terebut juga sangat bermanfaat, misalnya sejumlah penyakit hortikultura seperti penyakit layu pisang yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum dan bakteri Ralstonia solanacearum dapat dikendalikan dengan agens hayati. Caranya dengan memanfaatkan kelompok cendawan/bakteri yang bersifat antagonis terhadap pathogen yakni Trichoderma spp, Gliosporium sp dan bakteri Pseudomonas kelompok Fluorescens.
Penggunaan bakteri ini telah diterapkan di sejumlah propinsi yang mengalami eksplosi layu pisang yakni di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Utara, Jambi dan Lampung.

3.    Effective Microorganism, penggunaan mikroorganisme juga dapat kita lihat pada proses daur ulang sampah organik dengan teknologi Effective Microorganisme (EM) yang hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan pengmebangan pupuk organic, pertanian dan peternakan dalam arti luas.

Gbr. Effective microorganisme yang nampak pada mikroskop dengan perbesaran 100x.

Pengolahan limbah organic dapat dilakukan melalui proses pembusukan atau fermentasi. Proses pembusukan dilakukan secara alami dengan bantuan mikroorganisme pembusuk yang ada di alam. Dalam waktu 2-3 bulan limbah organik dibusukkan menjadi pupuk organic kompos. Sedangkan proses fermentasi dilakukan secara buatan dengan bantuan inokulasi mikroorganisme fermentasi.
Effective microorganism (EM) merupakan kultur mikroorganisme yang terdapat di alam. Teknologi ini dikembangkan di Jepang oleh seorang professor bernama Prof. D. Teruo Higa sejak tahun 1980.
Dan Effective microorganism yang sering kita gunakan untuk pengolahan pupuk organic saat ini adalah EM series.

4.    Jamur merah (Aschersonia sp) dapat dijadikan sahabat petani untuk melawan kutu sisik (scale insect) yang menyerang tanaman jeruk. Bila dibiarkan, serangan kutu sisik bisa menjadikan buah jeruk tidak normal. Memang secara visual yang terlihat oleh petani adalah jamur merah yang hidup di atas kutu sisik, sedang kutu sisiknya sendiri tidak begitu terlihat karena warnanya hampir sama dengan permukaan ranting atau cabang.
Pada tingkat serangan kutu sisik yang parah, sebelum ranting mati tumbuh jmaur merah pada badan kutu sisik dengan warna oranye sampai merah menyala yang sangat jelas terlihat. Warna merah yang menyolok inilah yang menjadi perhatian petani. Jamur merah ini menyerang famili kutu sisik yang hidup dan yang sudah mati.
Jamur ini tidak memparasit jaringan ranting dan cabang tanaman jeruk, tetapi selalu ada di atas badan kutu sisik. Jamur entomopatogen ini berwarna putih, berbentuk seperti kapas, stroma berbentuk subsilindrik dengan konidiofor berwarna terang atau transparan dan terkadang memiliki cabang. Konidia berwarna terang, berbentuk elips, terdiri dari satu hingga dua sel. Konidia berukuran 5,06 – 22, 7x 2,53 – 5,06 mm.
Kemampuan daya proteksi ini oleh jamur ini dilaksanakan dengan melakukan uji coba patogenisitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui patogenisitas Aschersonia sp. terhadap  kutu sisik dengan metode mengoles dengan suspensi konidia untuk inokulasi. Variabel yang diamati adalah jumlah kutu sisik yang mati dikonversi ke dalam persentase kematian terkoreksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jamur Aschersonia sp. menghasilkan persentase kematian terkoreksi sebesar 73, 9% memiliki potensi cukup besar untuk digunakan sebagai agens hayati bagi hama kutu sisik. Hampir semua spesies dari genus Aschersonia memiliki potensi untuk mengendalikan kutu sisik.
5.    Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA), penggunaan cendawan mikoriza sebagai alat biologis dalam bidang pertanian adalah dapat memperbaiki pertumbuhan, produktivitas dan kualitas tanaman tanpa menurunkan kualitas ekosistem tanah. Selain itu aplikasi cendawan mikoriza dapat membantu rehabilitasi lahan kritis dan meningkatkan produktivitas tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan pada lahan-lahan marginal dan pakan ternak.
CMA termasuk kelompok endomikoriza yaitu suatu cendawan tanah yang besifat simbiotik obligat dengan akar tanaman yang telah diketahui mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, karena dapat meningkatkan serapan hara. Struktur yang terbentuk akibat kerjasama yang saling menguntungkan antara CMA dengan akar tanaman, mempunyai kemampuan untuk meningkatkan masukan air dan hara dari tanah ke dalam jaringan tanaman.
Mekanisme hubungan antara CMA dengan akar tanaman adalah sebagai berikut:
a.    Spora CMA berkecambah dan menginfeksi akar tanaman.
b.    Di dalam jaringan akar CMA ini tumbuh dan berkembang membentuk hifa-hifa yang panjang dan bercabang.
c.    Jaringan hifa ini memiliki jangkauan yang lebih luas daripada jangkauan akar tanaman itu sendiri.
d.   Hifa CMA yang jangkauannya lebih luas ini selanjutnya berperan sebagai akar tanaman dalam menyerap air dan hara dari dalam tanah.

Pemanfaatan CMA pada beberapa tanaman komersial telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Inokulasi CMA pada apel dapat meningkatkan kandungan P pada daun daro 0.04% menjadi 0,19%. Penggunaan CMA pada tanaman kopi, dapat meningkatkan bobot kering tanaman serta jumlah daun yang berbeda nyata dengan tanpa CMA.
Selain itu, pada tanah dengan ketersediaan hara rendah, inokulasi CMA dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kakao. Pada tanaman pisang, inokulasi CMA juga mampu meningkatkan pertambahan tinggi tanaman serta kandungan hara N, P, K dan Ca pada daun.
Kemampuan satu jenis CMA dapat berasosiasi dengan beberapa tanaman komersial cukup luas, akan tetapi kesesuainnya dalam bersimbiosis dengan tanaman sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi tanah, jenis mikoriza dan jenis tanaman.
Pada penelitian inokulasi CMA dengan tanaman manggis, menunjukkan bahwa setelah 19 bulan diinokulasi CMA, ternyata CMA dapat memacu pertumbuhan bibit manggis yang cukup signifikan yaitu sekitar 50% lebih cepat dibandingkan dengan bibit manggis yang tidak diinokulasi CMA.
Sampai saat ini inokulasi CMA pada tanaman dilakukan dengan cara meletakkan inokulum CMA ke bidang perakarannya. Inokulum tersebut adalah media penggandaan spora (biasanya pasir atau zeolit) yang mengandung spora CMA dan potongan-potongan akar tanaman inang.
Cara ini mempunyai kelemahan di antaranya sangat voluminous dengan bobot cukup berat sehingga kurang praktis, sulit dan cukup mahal transportasinya. Selain itu, jumlah dan dosis spora CMA yang terdapat di dalam inokulum tidak diketahui dengan pasti.

Dalam pembangunan bidang pertanian berkembang isu kebijakan mengenai budidaya tanaman yang diarahkan pada upaya mempertahankan atau meningkatkan kesuburan lahan dengan hanya menggunakan input bahan kimiawi yang dapat mencemarkan dan merusak lingkungan.

Berkaitan dengan isu kebijakan tersebut, tampak bahwa penggunaan CMA pada tanaman manggis dapat berperan ganda yaitu memacu pertumbuhan bibit manggis dan mendukung kebijakan pemerintah, karena CMA dapat menekan penggunaan pupuk kimiawi, meningkatkan produktivitas lahan-lahan marginal dan membantu rehabilitasi lahan kritis.

B.     Keuntungan dari Penggunaan Mikroba yang Bermanfaat bagi Bidang Pertanian
Dari penjelasan di atas, maka dapat kita ketahui bahwa banyak mikroorganisme yang bermanfaat bagi bidang pertanian, terutama dalam hal:
1.      Proses dekomposisi limbah organic.
2.      Pengendalian OPT hortikultura dan tanaman budidaya lainnya secara aman dan sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) karena menggunakan agens hayati.
3.      Memacu pertumbuhan tanaman budidaya, misalnya tanaman manggis.
4.      Mendukung kebijakan pemerintah.
5.      Menekan penggunaan pupuk kimiawi/anorganik.
6.      Meningkatkan produktivitas dan kesuburan tanah pada lahan-lahan marginal.
7.      Membantu rehabilitasi lahan kritis.
8.      Membantu meningkatkan kemampuan akar untuk menyerap unsur hara dan air dari tanah ke dalam jaringan tanaman.
9.      Untuk jenis mikroorganisme tertentu dapat meningkatkan kandungan P pada daun.
10.  Meningkatkan bobot kering tanaman serta jumlah daun pada tanaman perkebunan.
11.  Mampu meningkatkan pertambahan tinggi tanaman serta kandungan hara N, P, K dan Ca pada daun, misalnya pada tanaman pisang.
12.  Membantu petani dalam menghemat biaya tehadap pembelian dan ketergantungan pada pupuk anorganik, karena pembuatan pupuk organic dengan menggunakan bantuan mikroorganisme jauh lebih ekonomis.
13.  Memenuhi pasokan dan asupan pupuk dalam budidaya usahatani pada saat terjadi kelangkaan pupuk anorganik.

Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Mikroorganisme atau mikroba adalah makhluk hidup yang ukurannya sangat kecil berupa jasad renik dan umumnya hanya dapat dilihat dengan mikroskop, misalnya bakteri, virus, dan jamur atau cendawan, dan sebagainya.
2.    Sianobakteri yang merupakan prokariot fotoautotrof, cendawan/bakteri yang bersifat antagonis terhadap pathogen yakni Trichoderma spp, Gliosporium sp dan bakteri Pseudomonas kelompok Fluorescens, Effective Microorganisme, Jamur merah (Aschersonia sp), dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) merupakan beberapa jenis mikroorganisme yang bermanfaat bagi bidang pertanian.
3.    Keuntungan dari penggunaan mikroorganisme yang bermanfaat bagi bidang pertanian, adalah:
a.       Proses dekomposisi limbah organic.
b.      Pengendalian OPT hortikultura dan tanaman budidaya lainnya secara aman dan sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) karena menggunakan agens hayati.
c.       Memacu pertumbuhan tanaman budidaya, misalnya tanaman manggis.
d.      Mendukung kebijakan pemerintah.
e.       Menekan penggunaan pupuk kimiawi/anorganik.
f.       Meningkatkan produktivitas dan kesuburan tanah pada lahan-lahan marginal.
g.      Membantu rehabilitasi lahan kritis.
h.      Membantu meningkatkan kemampuan akar untuk menyerap unsur hara dan air dari tanah ke dalam jaringan tanaman.
i.        Untuk jenis mikroorganisme tertentu dapat meningkatkan kandungan P pada daun.
j.        Meningkatkan bobot kering tanaman serta jumlah daun pada tanaman perkebunan.
k.      Mampu meningkatkan pertambahan tinggi tanaman serta kandungan hara N, P, K dan Ca pada daun, misalnya pada tanaman pisang.
l.        Membantu petani dalam menghemat biaya tehadap pembelian dan ketergantungan pada pupuk anorganik, karena pembuatan pupuk organic dengan menggunakan bantuan mikroorganisme jauh lebih ekonomis.
m.    Memenuhi pasokan dan asupan pupuk dalam budidaya usahatani pada saat terjadi kelangkaan pupuk anorganik.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel