Pengaruh Pupuk Bokashi Kayu Apu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabe Rawit
Pengembangan tanaman hortikultura oleh para petani di Hulu
Sungai Utara pada umumnya belum memuaskan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Misal untuk tanaman cabe rawit, padahal hampir setiap orang
membutuhkan cabe sebagai bumbu dapur yang tak terpisahkan saat makan, tetapi
walaupun cabe merupakan tanaman yang memiliki prospek cerah, pembudidayaannya
masih tergolong minim, seringkali cabe jenis ini langka dipasaran dan kalaupun
ada harganya sangat menguras kantong konsumen.
Cabe juga merupakan jenis tanaman yang mampu merangsang
nafsu makan dengan kandungan gizi yang baik Secara umum cabe memiliki banyak
kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat,
Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Cabe rawit termasuk tanaman yang dapat
tumbuh di mana saja, bahkan tanpa harus mendapatkan pemeliharaan intensif. Pada
umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter
dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 – 27 C° dengan
kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah
sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air.
Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0
sampai 10 derajat serta membutuhkan sinar matahari yang cukup banyak. pH tanah
yang optimal antara 5,5 sampai 7.
Tanaman cabe menghendaki pengairan yang cukup. Tetapi apabila jumlahnya
berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya
penyakit jamur dan bakteri. Jika kekurangan air tanaman cabe akan kurus,
kerdil, layu dan mati. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air
hujan. Cabe rawit dapat ditanam di lahan mana saja seperti lahan sawah,
tegalan, dan tempat yang terlindungi oleh pepohonan sekalipun asalkan
persyaratan tumbuhnya terpenuhi.
Melihat dari keterangan di atas maka lahan rawa lebak
seperti yang ada di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara juga dapat digunakan
untuk membudidayakan tanaman cabe rawit. Walaupun pada lahan rawa lebak
terdapat masalah-masalah seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah,
kemasamannya yang cukup tinggi serta perairannya yang belum dapat dikuasai
secara penuh.
Jika membudidayakan tanaman cabe rawit di lahan rawa lebak
maka untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya sangatlah memerlukan tambahan
unsur hara baik mikro maupun makro untuk meningkatkan kesuburan tanah yang
dapat dilakukan dengan cara perbaikan teknik budidaya dan pemberian pupuk.
Dikarenakan budidaya tanaman cabe memerlukan jumlah pupuk
yang cukup besar, terutama unsur N yakni 45 – 145 kg/ha sedangkan saat ini
pupuk anorganik sangat mahal dan langka bahkan ada beberapa pupuk anorganik
palsu beredar di pasaran. Maka untuk mengatasi masalah tersebut perlu
dikembangkan potensi lokal yang dapat dijadikan sebagai substitusi pupuk
buatan. Di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, Salvinia sp merupakan
salah satu paku air yang pertumbuhannya sangat ekspansif dan sering digunakan
sebagai pakan ternak karena kaya akan protein.
Sudah ada beberapa wacana penelitian yang menjelaskan bahwa
kemungkinan Salvinia sp yang dikomposkan dengan aktivator EM-4 menjadi pilihan
untuk mensubstitusi penggunaan urea. Memang banyak tumbuhan air yang bisa
dimanfaatkan sebagai sumber pemasok hara bagi tanaman, di antaranya algae hijau
biru dan Azolla yang bersimbiosis dengan organisme lainnya memfiksasi N di
udara. Namun dalam pemanfaatannya, spesies ini sangat banyak membutuhkan waktu
dan tenaga, sedangkan untuk tumbuhan Salvinia sp tidak demikian dan spesies
yang paling mudah dan banyak didapati adalah Salvinia molesta.
Mengingat sifatnya yang yang sangat ekspansif dan toleran
terhadap stress lingkungan, maka tumbuhan ini diperkirakan mampu menjadi salah
satu pilihan sebagai bahan baku untuk membuat pupuk hijau. Data AFRIS (2004),
menunjukkan bahwa kandungan protein kasar tanaman muda, sedang dan tua
berturut-turut 15.2, 12.5, dan 9.5 % dari bahan kering. Sementara komposisi
asam amino yang ada pada protein tersebut adalah arginin, sistein, glisin,
histidin, ileusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptopan,
tirosin dan valin. Diduga jika tumbuhan ini dikomposkan maka pupuk hijau akan
mengandung N yang cukup tinggi dan mampu memberi asupan hara yang cukup besar
pula bagi tanaman cabe rawit.
Berdasarkan hipotesis tersebut, maka kemungkinan Salvinia sp
yang dikomposkan dengan bantuan EM-4 menjadi sebuah pilihan tepat dalam
mensubstitusi penggunaan urea. Sehingga
diharapkan dampak akhir dari penelitian ini adalah pengembangan budidaya cabe
rawit, biaya produksi tanaman cabe rawit dapat ditekan dan produksi cabe serta
pandapatan petani cabe meningkat.
Panen pertama dapat dipetik sekitar 80 – 90 hst, tergantung
varietas__(faktor dalam tumbuhan)__yang digunakan dan lain-lain (faktor luar
tumbuhan).