Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Usahatani
Usahatani merupakan usaha dari suatu kesatuan antara kerja,
modal, dan pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi dilapangan
pertanian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pembinaan usahatani,
yaitu:
1. Organisasi usahatani, dengan perhatian khusus kepada
pengelolaan unsur-unsur produksi dan tujuan usahanya.
2. Pola kepemilikan tanah usahatani.
3. Kerja usahatani, dengan perhatian khusus kepada
pengelolaan unsur-unsur produksi dan tujuan usahanya.
4. Modal usahatani, dengan perhatian khusus kepada proporsi
dan sumber petani memperoleh modal.
Menurut Hernanto (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan usahatani adalah faktor intern dan faktor ekstern diantaranya
adalah:
1. Faktor-faktor pada usahatani itu sendiri (intern)
Seperti telah diungkapkan pada pengenalan terhadap
usahatani, terlihat faktor-faktor antara lain : petani pengelola, tanah
usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani
mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah keluarga.
2. Faktor-faktor diluar usaha tani (ekstern)
Faktor-faktor di luar usahatani yang dapat berpengaruh
terhadap berhasilnya suatu usahatani antara lain adalah:
a. Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi
b. Aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan
usahatani (harga hasil, harga saprodi dan lain-lain)
c. Sarana penyuluh bagi petani
Menurut Suratiyah (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya biaya dan pendapatan adalah:
1. Faktor internal dan eksternal
Faktor internal dan eksternal saling mempengaruhi biaya dan
pendapatan diantaranya faktor internal terdiri dari: umur, pendidikan,
pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal.
Sedangkan faktor eksternal terdiri dari keseterdiaan dan harga.
2. Faktor manajemen
Disamping faktor internal dan eksternal maka manajemen juga
sangat menentukan. Dengan faktor internal tertentu maka petani harus dapat
mengantisipasi faktor eksternal yang selalu berubah-ubah dan tidak sepenuhnya
dikuasai. Petani sebagai manajer harus dapat mengambil keputusan dengan
berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang memberikan
pendapatan optimal.
Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (1990), istilah faktor produksi sering
pula disebut dengan korbanan produksi, karena faktor produksi tersebut
dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi tersebut berupa lahan,
tenaga kerja, modal dan manajemen.
Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh pemilik
faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Biaya tetap adalah jenis
biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi,
misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Biaya variabel adalah biaya
yang besar kecilnya berhubungan dengan besarnya produksi, misalnya
pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, dan sebagainya (Daniel, 2002).
Menurut Soekartawi (1987), biaya produksi adalah nilai semua
faktor produksi yang digunakan baik dalam bentuk barang atau jasa selama
produksi berlangsung. Biaya tersebut terdiri atas sewa tanah, bunga modal,
biaya sarana produksi untuk benih, pupuk, pestisida dan sejumlah tenaga kerja.
Menurut Mosher (2002), biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani
dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Biaya yang
dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses serta membawanya menjadi produk
disebut biaya produksi. Termasuk didalamnya barang yang dibeli dan jasa yang
dibayar di dalam maupun di luar usahatani. Di dalam jangka pendek, satu kali
produksi dapat dibedakan biaya tetap dan biaya berubah (Hernanto,1996).
Penerimaan
Menurut Boediono (2002), menambahkan penerimaan adalah
penerimaan produsen dari sejumlah produksi tertentu yang diterima atas
penyerahan sejumlah barang pada pihak lain. Menurut Mosher (2002), bahwa
penerimaan dibidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang
tunai sebelum dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan
usahatani. Menurut Hernanto (1996), penerimaan usahatani adalah penerimaan dari
sumber usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil
dan penggunaan rumah tangga yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani akan mendorong
petani untuk mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan seperti untuk biaya
periode selanjutnya, tabungan dan pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Secara umum petani mengharapkan keuntungan dan penerimaan akan lebih
besar dari biaya tunai yang telah mereka keluarkan.
Menurut Kamaruddin (1982), ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan untuk memperbesar penerimaan antara lain :
1. Memperbesar sumber-sumber yang dapat dipakai, sumber
tersebut adalah sumber produksi.
2. Meningkatkan efisiensi untuk setiap penggunaan faktor
produksi.
3. Mengubah lingkungan sosial kultural, sehingga
sumber-sumber produksi dapat ditambah dengan hasil yang memuaskan.
Penerimaan usahatani menurut Sudarsono (1995), dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TR = P . Q
Keterangan:
TR = total penerimaan (total revenue);
P = harga jual
(price);
Q = jumlah
(quantity).
Pendapatan
Menurut Mosher (2002), pada bidang pertanian pendapatan
merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani. Menurut Daniel (2002),
Pendapatan adalah hasil bruto dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk biaya usahatani seperti bibit, pupuk, obat-obatan, biaya pengolahan
tanah, upah menanam, upah pemeliharaan dan biaya panen.
Menurut Boediono (1985), menyatakan pendapatan dibagi dua
bagian sebagai berikut:
1. Pendapatan kotor usahatani yaitu nilai total usahatani
dalam jangka waktu tertentu baik dijual maupun tidak dijual atau dalam istilah
lain adalah nilai produksi penerimaan kotor usahatani.
2. Pendapatan bersih usahatani yaitu selisih antara
pendapatan kotor usahatani dan biaya produksi sebagai upah buruh, pembelian
pupuk, bibit, dan obat-obatan yang digunakan dalam usahatani.