Kualitas Air Media Kultur Spirulina
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan phytoplankton, antara lain cahaya, suhu, tekanan osmosis dan pH air
yang kemungkinan dapat memacu atau menghambat pertumbuhan (Isnansetyo, A. dan
Kurniastuty, 1995).
Parameter kualitas air media kultur yang diamati selama
penelitian, meliputi suhu, salinitas,
pH, phospat dan nitrat. Suhu, salinitas, phospat, dan nitrat dalam kisaran
optimum untuk pertumbuhan Spirulina sp, sedangkan pH sedikit di bawah kisaran
optimum.
Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi ikan makin
digalakkan pemerintah guna memenuhi kebutuhan protein hewani penduduk, menambah
pendapatan petani ikan dan pengembangan agribisnis yang dapat memberikan
pendapatan bagi negara. Salah satu upaya yang dilakukan dalam peningkatan
tersebut adalah penyediaan benih secara kontinyu. Kegiatan tersebut tidak dapat
terlepas dari faktor-faktor penunjang antara lain masalah pakan, dalam
kegiatan budidaya ini pakan alami merupakan salah satu
elemen penting yang tidak dapat diabaikan.
Fitoplankton merupakan jenis organisme perairan yang
memiliki peranan sangat penting dalam dunia perikanan. Keberadaan fitoplankton
pada perairan dapat menjadi pedoman dalam menentukan kesuburan suatu perairan.
Perairan yang subur akan jasad renik merupakan penunjang
kelangsungan hidup ikan dan jenis organisme air lainnya. Usaha pembenihan udang
dan ikan adalah salah satu usaha yang selama ini nyata membutuhkan ketersediaan
pakan alami secara terus menerus, mudah diperoleh, bernilai gizi tinggi, lebih
murah serta penggunaan yang efektif guna peningkatan produksi benih yang
maksimal. Spirulina merupakan salah satu dari jenis mikroalga yang telah banyak
digunakan sebagai pakan pada usaha budidaya.
Spirulina merupakan salah satu mikroalga yang bersifat
kosmalit yang dapat dibudidayakan pada medium yang berbeda. Penumbuhan
Spirulina memerlukan ketersediaan unsur hara yang dapat berasal dari bahan
kimia maupun larutan hasil pembusukan atau limbah.
Limbah industri tahu merupakan salah satu limbah industri
yang belum banyak dimanfaatkan, sedangkan limbah tersebut diperkirakan masih
banyak mengadung unsur yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya dari
jenis tanaman mikroalga terutama Spirulina. Limbah cair tahu tersebut dapat
dijadikan alternatif baru yang digunakan sebagai pupuk sebab di dalam limbah
cair tahu tersebut memiliki ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh Spirulina
sp.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Pemberian limbah cair tahu dengan dosis berbeda ternyata
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap laju pertumbuhan
relatif populasi Spirulina sp.
- Dosis pemberian limbah cair tahu yang terbaik untuk laju
pertunbuhan relatif populasi Spirulina sp adalah 31 mg/l yaitu pada perlakuan
B.
- Pengukuran kualitas air yang dilakukan selama pengamatan
(suhu dan salinitas) masih dalam kisaran yang optimal untuk pertumbuhan
Spirulina sp. Sedangkan pH media kultur tidak optimal untuk pertumbuhan
Spirulina sp