Tingkat Penggunaan Media Massa Kelompok Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan Sapi Potong
Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei deskriptif
korelasional dengan analisis menggunakan analisis jaringan komunikasi dan
analisis statistik deskriptif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
telah terjadi pergeseran pola komunikasi peternak anggota kelompok jaringan
komunikasi sapi potong dari mengutamakan hubungan komunikasi interpersonal
dalam menerima dan menyebarkan informasi ke perilaku komunikasi bermedia,
terutama pada perilaku keterdedahan siaran televisi dan surat kabar.
Perilaku pemanfaatan media massa di kelompok peternak cenderung telah berubah, yakni dominan terdedah televisi dan radio, yang bukan sepenuhnya dalam mendapatkan informasi teknologi sapi potong tetapi lebih untuk memperoleh berita dan hiburan, karena informasi teknis peternakan tidak disajikan.
Perilaku pemanfaatan media massa di kelompok peternak cenderung telah berubah, yakni dominan terdedah televisi dan radio, yang bukan sepenuhnya dalam mendapatkan informasi teknologi sapi potong tetapi lebih untuk memperoleh berita dan hiburan, karena informasi teknis peternakan tidak disajikan.
Baca juga: Jenis Karya Seni Rupa
Meski demikian peternak menyatakan tetap menyukai menonton tv atau mendengar radio bersama di rumah sanak keluarga atau menumpang di tetangga. Tidak seorangpun peternak kelompok maju yang tidak memiliki media massa. Terdapat 19% peternak yang tak memiliki media massa pada kelompok kurang maju, dengan proporsi terbesar di Surade (23%). Hal ini karena lokasi kelompok pada penelitian ini berada di dataran tinggi sulit mengakses siaran televisi, hanya stasiun RCTI, SCTV dan Indosiar yang bisa ditangkap melalui parabola, karena stasiun relay hanya terdapat di Cibungur yang jaraknya hampir 7 km dari lokasi kelompok.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa media massa yang
hampir dimiliki semua peternak ialah televisi (87%) dan radio (76%), media
massa lainnya dengan kepemilikan yang masih masih kecil antara lain: handphone
(8%), telepon dan koran (masing-masing 6%) dan majalah (hampir 5%). Peternak
kelompok maju lebih banyak memiliki tv, telepon, berlangganan surat kabar dan
majalah, sedangkan kepemilikan radio lebih sedikit. Terdapat 71% peternak yang
mempunyai kedua macam media (radio dan tv) atau kombinasi dengan surat kabar.
Dibandingkan kelompok maju, peternak kelompok kurang maju berperilaku
mendengarkan siaran radio lebih besar. Bahkan intensitas dengar radio peternak
kelompok maju pun jauh lebih banyak. Penelitian ini sedikitnya mengungkapkan,
di tengah maraknya kehadiran tv swasta maupun lokal karena adanya otonomi
daerah, radio masih relevan bagi banyak orang desa. Penyebab fenomena ini, di
antaranya karena harga sebuah pesawat radio relatif murah dan terjangkau oleh daya
beli masyarakat, tidak tergantung arus listrik cukup menggunakan baterei, jam
siaran sepanjang hari, dan karena kespesifikan dan kefleksibelan program radio.
Data preferensi yang diperoleh dalam penelitian ini
menunjukkan, 45% peternak menyukai hiburan, 39% berita, masing-masing delapan
persen menyukai kuliah subuh dan siaran pedesaan. Program berita tersebut
antara lain berita nasional, manca negara, daerah, aneka berita, desaku maju,
desa membangun, dialog dan pengumuman. Program hiburan yang dikenal responden,
mencakup wayang, sandiwara, musik (melayu, nasyid, irama padang pasir),
dongeng, ludruk, ketoprak, seni tradisional, keroncong, wayang kulit, kasidah, 149u sunda, langgam jawa dan olahraga.
Jika dibandingkan, pada peternak kelompok maju, secara
berurutan lebih menyukai berita (42%), hiburan (37%), siaran pedesaan (14%) dan
terendah ceramah subuh (7%). Peternak kelompok kurang maju, tendensinya lebih
menyukai hiburan/kesenian (53%), berita (36%), ceramah atau kuliah subuh (9%)
dan terendah siaran perdesaan (2%).
Penelitian ini menyebutkan bahwa umumnya, interaksi
komunikasi yang dilakukan setiap anggota telah membentuk jaringan komunikasi
dengan pola cenderung bersifat semi terbuka. Selain melakukan komunikasi
penyuluhan sapi potong dengan sesama anggota di dalam jaringan, juga
berkomunikasi dengan masyarakat lain.
Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata peternak kelompok
kurang maju berperilaku menerima informasi agribisnis sapi potong sedikit lebih
tinggi dibanding anggota kelompok peternak maju. Begitu pun, perilaku
menyebarkan informasi sapi potong yang diperoleh atau dimiliki kepada anggota
kelompok maupun tetangga yang berada dalam sistem sosialnya, terlihat bahwa
rata-rata peternak kelompok kurang maju berperilaku menyebarkan informasi agribisnis
sapi potong lebih tinggi dibanding rata-rata peternak kelompok maju.
Nama Penulis : A.
Saleh
Analisis Pustaka:
Temuan dalam penelitian ini mampu menambah pengetahuan dari
segi keterdedahan petani dalam penggunaan media massa dalam memperoleh informasi.
Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku komunikasi petani dalam
memperoleh informasi tak luput dari peran media massa sendiri yang mampu
menyediakan informasi secara praktis kepada khalayak. Namun, kekurangan dalam
penelitian ini adalah pemaparan teori-teori yang bersangkutan dengan hasil
pembahasan yang kurang terpapar sehingga hasil yang diperoleh tidak mampu
dikuatkan dengan teori yang ada. Pembahasan pada penelitian tersebut juga sudah
rinci dilihat dari penggunaan media massa di kalangan peternak dipaparkan
berdasarkan persentase penggunaan media massa tersebut, dikaitkan pula dengan
status ekonomi peternak dalam kepemilikan media massa, dan penggunaan media
massa berdasarkan waktu peternak menggunakan media massa.