Kesetaraan Gender di Dunia Politik Indonesia
Politik pada hakekatnya adalah upaya untuk merebut peran
kekuasaan, termasuk akses dan kontrol dalam pengambilan keputusan. Hingga saat
ini, kondisi perpolitikan yang ada di Indonesia masih sangatlah didominasi oleh
laki-laki, baik di tingkat yang paling sederhana yaitu keluarga, tingkat
masyarakat hingga tingkat politik formal.
Gender menjadi isu yang banyak dibicarakan seirama dengan
perkembangan akses perpolitikan bagi perempuan. Melalui akses perpolitikan,
maka kesadaran untuk membincang relasi gender di dalam kehidupan masyarakat
menjadi semakin mengedepan.
Kesetaraan gender sebagaimana yang diketahui adalah produk
impor dari negeri barat tentang adanya tuntutan
untuk keseimbangan peran di dalam relasi gender tersebut. Pembicaraan
gender di Indonesia banyak dilakukan di tahun 1980-an. Melalui program dari Non
Governmental Organization (NGO) lokal yang bekerja sama dengan NGO
internasional, maka banyak penyadaran tentang relasi gender yang dilakukan di
Indonesia. Banyak perbincangan dan pelatihan dengan tujuan untuk menyadarkan tentang
relasi gender. Jadi, yang dilakukan adalah melakukan pelatihan tentang urgensi
gender mainstreaming pada masyarakat
negara sedang berkembang.
Di dunia internasional, banyak NGO yang bergerak di dunia
ketiga, misalnya NGO dari Belanda, Jerman, Inggris, dan juga Australia. Banyak
program yang diusung misalnya tentang kesetaraan pendidikan, sosial, dan
politik yang disinergikan dengan NGO
lokal Indonesia yang juga bergerak di
bidang ini. Oleh karenanya, gerakan gender kemudian menjadi arus utama di negara-negara
berkembang termasuk di Indonesia. Di dunia politik, memang dominasi lelaki
masih nampak. Misalnya jika kita secara kuantitatif berhitung, berapa banyak
perempuan yang memasuki kawasan pimpinan di perpolitikan Indonesia.
Pertanyaan-pertanyaan ini yang memang masih menjadi ganjalan di dalam kerangka
untuk kesetaraan gender.
Namun demikian, di akhir-akhir ini, akses perempuan di dalam
politik memang sudah mulai tampak dengan semakin banyaknya keterlibatan
perempuan di dalam politik praktis. Sekarang semakin banyak perempuan di dunia
legislatif, birokrasi, dan juga jabatan-jabatan politik lain. Ada beberapa
bupati perempuan yang terdapat di Indonesia, demikian pula gubernur. Bahkan ada
bupati perempuan yang bisa menjabat dua kali periode, demikian pula gubernur.
Tidak terhitung yang berlama-lama di parpol dan kemudian berlanjut di lembaga
legislatif.
Semakin terbuka akses keterbukaan politik, maka tentu akan
semakin banyak perempuan yang akan bisa berkompetisi dengan kaum lelaki di
dalam pentas publik. Oleh karena itulah pemberian kuota kepada perempuan di
dalam representasi politik tentulah tidak penting. Meskipun begitu, saat ini
hak-hak politik bagi perempuan sudah banyak diakui, namun adanya hak-hak
tersebut tidak menjamin adanya sistem politik yang demokratis di mana asas
partisipasi, representasi, dan akuntabilitas diberi makna sesungguhnya.
Adanya keterwakilan perempuan di dalamnya, dan berbagai kebijakan yang muncul memiliki sensitivitas gender tidak serta merta terwujud meskipun hak politik perempuan sudah diakui. Perempuan sebagai warga negara seharusnya dapat berpartisipasi secara mandiri dalam proses demokrasi ini. Selama ini di Indonesia, kita mendapati bahwa sebagian besar perempuan bahkan belum dapat membuat pilihan politiknya secara mandiri.
Adanya keterwakilan perempuan di dalamnya, dan berbagai kebijakan yang muncul memiliki sensitivitas gender tidak serta merta terwujud meskipun hak politik perempuan sudah diakui. Perempuan sebagai warga negara seharusnya dapat berpartisipasi secara mandiri dalam proses demokrasi ini. Selama ini di Indonesia, kita mendapati bahwa sebagian besar perempuan bahkan belum dapat membuat pilihan politiknya secara mandiri.
Pilihan politik perempuan banyak dipengaruhi atau bahkan
ditentukan oleh suami, atasan, teman, atau keluarga. Bukti empiris sudah
menunjukkan bahwa kesetaraan gender sudah bukan masalah di negeri ini. Hanya
saja yang memang perlu diperjuangkan adalah bagaimana agar perempuan semakin
berdaya di dalam pengembangan SDM terutama melalui pendidikan, sehingga ke
depan peluang untuk memasuki dunia politik akan semakin nyata.