Memanfaatkan dan Menggunakan Daun Mimba Sebagai Pestisida Nabati
Pengertian Pestisida Nabati
Kardinan (2008), mengatakan bahwa pestisida nabati merupakan
kearifan lokal di Indonesia yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam
pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), guna mendukung terciptanya
sistem pertanian organik. Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu
pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan
seperti akar, daun, batang atau buah. Pestisida nabati relatif mudah dibuat
dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas juga oleh karena terbuat dari
bahan alami /nabati,maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai
(biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman
bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.
Pestisida nabati bersifat ” pukul dan lari ” ( hit and run),
yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah
hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian
tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi.
Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan
mengganggap tabu penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu
cara alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya tergantung kepada
pestisida sintetis (Anonimous, 2009).
Kandungan Kimia Daun Mimba
sebagai Pestisida Nabati
Mimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa
komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik
dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan
obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol,
nimbin dan nimbidin Azadirachtin sendiri terdiri dari sekitar 17 komponen dan
komponen yang mana yang paling bertanggung jawab sebagai pestisida atau obat.
Mimba tidak membunuh hama secara cepat, namun mengganggu hama pada proses
makan, pertumbuhan, reproduksi dan lainnya (Senrayan, 1997).
Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang
dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam
proses metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian
kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva
menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam
proses ini seringkali mengakibatkan kematian (Wiwin, 2008).
Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant)
yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya
sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari
mimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah disemprot (knock down),
namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian,
hama yang telah disemprot tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena
dalam keadaan sakit (Ruskin, 1993).
Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang
mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat tersebut. Suatu kasus terjadi
ketika belalang Schistocerca gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis
tanaman terserang belalang, kecuali satu jenis tanaman, yaitu mimba. Mimba pun
dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang (insect behavior) yang
tadinya bersifat migrasi, bergerombol dan merusak menjadi bersifat solitair
yang bersifat tidak merusak (Sudarmadji, 1999).
Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme
seperti anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan
dalam mengendalikan penyakit tanaman. Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini
sering digunakan dan dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu
menyembuhkan segala jenis penyakit pada manusia (Kardinan, 2003).
Manfaata Ekstrak Daun Mimba Sebagai Pestisida Nabati
Manfaat daun mimba sebagai pestisida nabati sangat
mengguntungkan bagi para petani dalam pengendalian hama secara biologis dan
selain itu juga dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk kesehatan.
Tanaman Mimba sebagai pestisida nabati memiliki daya kerja yang efektif,
ekonomis, aman, mudah didapat dan ramah lingkungan. Zat-zat racun yang ada di dalam tanaman mimba
bermanfaat untuk insektisida, repelen, akarisida, penghambat pertumbuhan,
neumatisida, fungisida, anti virus.Racun tersebut sebagai racun perut dan
sistemik. Mimba memiliki efek anti serangga dengan azadirachtin sebagai
komponen yang paling paten (Taryono, 2003).
Ekstrak daun dapat berefek sebagai fungisida alami pada
pengendalian penyakit antraknosa pada apel pasca panen, berefek insektisida
terhadap larva Aedes aegypti. Toksisitas dapat menyebabkan iritasi mata dan
jaringan lunak, serta kemungkinan sebagai penyebab konjugtivitas dan
inflamasi. Sudah sejak lama mimba
digunakan sebagai pestisida nabati dengan kemanjuran dan peruntukan yang luas
(Broad spectrum), baik digunakan secara sederhana di negara berkembang, maupun
digunakan secara terformula di negara maju, seperti Amerika Serikat. Pada
awalnya hanya diperuntukan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan
(OPT) pada tanaman yang bukan untuk dikonsumsi, namun belakangan ini sudah
diperkenankan dipergunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman pangan (food
crops) (Ruskin, 1993).
Menurut Anonimous (2009), bahwa untuk menghasilkan pangan
sehat dan aman (toyibanfood) antara lain dapat melalui gerakan pertanian
organik, yang melarang penggunaan pestisida kimia sintetis, menggantinya dengan
pestisida nabati yang bersahabat dengan lingkungan dan aman bagi kesehatan
manusia . Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangga hama dan
penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai
cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :
Merusak perkembangan telur, larva dan pupa, menghambat pergantian kulit,
mengganggu komunikasi seangga, menyebabkan serangga menolak makan, menghambat
reproduksi serangga betina, mengurangi nafsu makan, memblokir kemampuan makan
serangga, mengusir serangga, dan menghambat perkembangan patogen penyakit.
Keunggulan dan Kelemahan Daun Mimba sebagai Pestisida Nabati
Keunggulan Mimba (Azadirachta indica)
Menurut Rembold
(1989) Pengendalian hama dengan menggunakan mimba sebagai insektisida nabati
mempunyai beberapa keunggulan antara lain :
• Di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga menghasilkan
produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
• Cara kerja spesifik, sehingga relatif aman terhadap
vertebrata (manusia, lingkungan dan ternak)
• Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa
aktif lebih dari satu.
• Murah dan mudah dibuat oleh petani, , tidak menyebabkan
keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama, kompatibel
digabung dengan cara pengendalian yang lain.
Kelemahan mimba (Azadirachta indica)
Menururt Ruskin (1993) beberapa kelemahan mimba sebagai pestisida nabati
antara lain :
• Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang
menguntungkan dari segi ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan
aplikasi yang berulang-ulang agar mencapai keefektifan pengendalian yang
maksimal.
• Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga jualnya belum
tentu lebih murah dari insektisida sintetik.
• Daya kerjanya relatif lambat, tidak membunuh jasad sasaran
secara langsung, tidak tahan terhadap sinar matahari, kurang praktis , tidak
tahan disimpan dan kadang-kadang harus
disemprotkan berulang-ulang.