-->

Pengaruh Pupuk Organik Granul (POG) Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Buncis

Pupuk Organik Granul (POG)

Pupuk Organik Granul (POG) merupakan pupuk organik berbentuk curah atau butiran yang berasal dari sisa hayati yang familiar dan mudah didapat di lingkungan sekitar kita seperti kotoran ternak, limbah agroindustri, sisa-sisa tumbuhan dan dedaunan, dan lain sebagainya yang bersifat organik. POG mampu menyediakan fungsi hara makro dan mikro lengkap dengan senyawa organik komplek (enzim dan asam organik komplek) serta mendukung keberadaan mikrooragnisme yang menguntungkan (Silvi, 2010).

Pengaruh Pupuk Organik Granul (POG) Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Buncis

Menurut Isroi (2008),   POG memiliki kandungan hara lengkap tetapi kandungan hara tersebut rendah, meskipun demikian kelebihan POG adalah selain memiliki senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman seperti asam humik dan asam fulvat yang memiliki peranan seperti hormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Mikroba-mikroba yang digunakan sebagai biofertilizer termasuk golongan mikroba Plant  Growt Promoting Rhizobacteria (PGPR) atau dapat dikategorikan sebagai pupuk two in one yakni pupuk organik dan pupuk hayati.

Menurut Silvi (2010), manfaat POG juga sangat bagus dan menguntungkan seperti mampu memperbaiki kesuburan sifat fisik tanah dalam jangka panjang dan memacu aktivitas makro dan mikroorganisme tanah, menghemat biaya dari pemakaian pupuk anorganik sintetik dan mengandung ekstrak biofertilizer dan pestisida hayati, bebas spora cendawan atau jamur, biji gulma, telur parasit atau hama, bakteri pathogen, termasuk gas beracun, tidak berbau dan meningkatkan produksi tanaman secara keseluruhan (kuantitas, kualitas penampilan, rasa, warna, aroma, dan daya tahan penyimpanan).

Sebagaimana umumnya pupuk alami (organik), pupuk organik granul tidak mempunyai efek samping yang merugikan bagi tanaman dan lingkungan, serta produk hasil tanaman aman bagi kesehatan manusia. Dibuat dari campuran kompos, zeolit, dolomit, phosphate alam, phosphate guano dan abu janjang sawit serta bakteri probiotik lainnya (Budi, 2010).

Praktis dapat diaplikasikan sebagai pupuk dasar, menghemat pemakaian pupuk kimia (anorganik) sebesar 35-50% , dapat dipakai sebagai pupuk dasar dan atau pupuk susulan. Dosis Pemakaian untuk tanaman pangan (padi, kedelai, jagung, kacang tanah, padi huma dan sejenisnya) : 1–2 t.haˉ¹ diberikan sebelum tanam (setelah pengolahan tanah) dengan cara ditabur. Pemberian granul pada tanaman pangan dapat juga ditaburkan pada usia padi 20–25 hari, untuk tanaman hortikultura (sayuran, cabe, kentang, kubis dan sejenisnya) 2–4 t.haˉ¹, diberikan pada sebelum atau saat tanam dengan pembuatan larikan atau di sekitar tanaman dan untuk tanaman Perkebunan: 2, 5 – 5 kg/pohon, diberikan di sekitar perakaran dengan cara membuat parit melingkar pada jarak 2-3 proyeksi kearah tajuk (kanopi daun) serta dapat pula digunakan untuk tanaman hias dan pembibitan (media) sebagai campuran dengan sekam, tanah dan media tanam lainnya (Budi, 2010).

Menurut Isroi (2008), jika dilihat dari sisi kemudahan aplikasi bentuk granul lebih menguntungkan dengan alasan kebutuhan lebih sedikit karena kadar airnya rendah, lebih mudah ditabur, lebih mudah dalam transportasi dan penyimpanan. POG yang beredar dikalangan petani ada bermacam-macam merk tetapi spesifikasi jenis hara makro, mikro dan biofertilizer yang terdapat pada pupuk-pupuk tersebut hampir sama. Analisis laboratorium untuk parameter kimia pupuk ini dapat dilihat pada Lampiran 6.

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Buncis

Pertumbuhan tanaman adalah perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup tanaman yang bersifat tak balik (irreversible). Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif/ terukur. Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada organisme.  Proses ini berlangsung secara kualitatif. Baik pertumbuhan atau perkembangan bersifat irreversibel. Bila kita menanam biji tanaman, dapat diamati bahwa dari hari ke hari terjadi perubahan tinggi. Secara kualitatif, terlihat bentuk awal (biji) yang demikian sederhana menjadi bentuk tanaman yang lengkap (Yulianita, 2008).

Pertumbuhan juga menunjukkan pertambahan ukuran dan  berat kerong yang tidak dapat balik dan mencerminkan pertambahan protoplasma, sedangkan perkembangan mencakup diferensiasi sel dan ditunjukkan oleh perubahan yang lebih tinggi menyangkut spesialisasi anatomi dan fisiologi. Pada tanaman yang sedang tumbuh, terlihat adanya pembentukan organ-organ baru. Misalnya daun semakin banyak, akar semakin panjang dan bertambah banyak. Secara umum pertumbuhan dan pekembangan pada tumbuhan diawali untuk stadium zigot yang merupakan hasil pembuahan sel kelamin betina dengan jantan. Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meristem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi. Pertumbuhan terbagi atas dua macam yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer terjadi sebagai hasil pembelahan sel-sel jaringan meristem primer. Berlangsung pada embrio, bagian ujung-ujung dari tumbuhan seperti akar dan batang. Pertumbuhan sekunder merupakan aktivitas sel-sel meristem sekunder yaitu kambium dan kambium gabus. Pertumbuhan ini dijumpai pada tumbuhan dikotil, gymnospermae dan menyebabkan membesarnya ukuran (diameter) tumbuhan (Yulianita, 2008).

Menurut Faperta (2010), perkembangan tanaman adalah semua perubahan fisiologis yang mencakup doferensiasi sel dan ditunjukkan oleh perubahan yang lebih tinggi menyangkut spesialisasi anatomi dan fisiologi. proses perubahan secara kualitatif atau mengikuti pertumbuhan tanaman atau bagian-bagiannya. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibagi ke dalam 4 fase yaitu fase embryonis, fase muda (juvenil/vegetatif), fase dewasa (mature/reproduktif/generatif), pase menua dan aging (seniil/senescence) yang semuanya terjadi dalam tubuh tanaman selama siklus hidupnya (Yulianita, 2008).


Menurut Yulianita (2008),ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu hormon pertumbuhan (uksin, giberelin, sitokinin, dan lain-lain), nutrisi (hara makro dan mikro essensial), gen dan lingkungan (cahaya, air, suhu, keasaman tanah, kerapatan tanaman, mineral dan bahan organik tanah, dan lain-lain).

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel