Pengertian Telur Ayam Ras Menurut Para Ahli
Deskripsi Telur Ayam Ras
Telur merupakan salah satu produk hewani yang berasal dari ternak unggas dan telah dikenal sebagai bahan pangan sumber protein yang bermutu tinggi. Telur sebagai bahan pangan mempunyai banyak kelebihan misalnya, kandungan gizi telur yang tinggi, harganya relatif murah bila dibandingkan dengan bahan sumber protein lainnya (Idayanti dkk., 2009).Telur mudah mengalami penurunan kualitas yang disebabkan oleh kerusakan secara fisik, serta penguapan air , karbondioksida, ammonia, nitrogen, dan hidrogen sulfida dari dalam telur (Muchtadi dkk., 2010).
Lama penyimpanan menentukan kualitas telur, semakin lama telur disimpan, kualitas dan kesegaran telur semakin menurun (Haryoto, 2010). Jika dibiarkan dalam udara terbuka (suhu ruang) telur hanya tahan 10-14hari, setelah waktu tersebut telur mengalami perubahan-perubahan ke arah kerusakan seperti terjadinya penguapan kadar air melalui pori kulit telur yang berakibat kurangnya berat telur, perubahan komposisi kimia dan terjadinya pengenceran isi telur (Cornelia dkk., 2014.
Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang populer dan sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan masyarakat dapat mengonsumsi telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini karena telur ayam ras relatif murah dan mudah diperoleh serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan (Lestari, 2009).
Telur ayam ras segar adalah telur yang tidak mengalami proses pendinginan dan tidak mengalami penanganan pengawetan serta tidak menunjukan tanda-tanda pertumbuhan embrio yang jelas, yolk belum tercampur dengan albumen, utuh, dan bersih (Standar Nasional Indonesia, 1995). Telur tersusun oleh tiga bagian utama yaitu kulit telur (kerabang), bagian cairan bening (albumen), dan bagian cairan yang berwarna kuning (yolk) (Rasyaf, 1990).
Telur ayam ras mempunyai kandungan protein yang tinggi dan susunan protein yang lengkap, akan tetapi lemak yang terkandung di dalamnya juga tinggi. Secara umum telur ayam ras dan telur itik merupakan telur yang paling sering di konsumsi oleh masyarakat (Sudaryani, 2003).
Tabel 1. Perbedaan kandungan gizi per 100 gram telur ayam ras dengan telur puyuh dan telur itik.
Zat gizi Telur ayam Telur puyuh Telur itik
Energi (kkal) 143 158 185
Protein (g) 12,58 13,05 12,81
Total lemak (g) 9,94 11,09 13,77
Karbohidrat (g) 0,77 0,41 1,45
Kalsium/Ca (mg) 53 64 64
Besi/Fe (mg) 1,83 3,65 3,85
Magnesium/Mg (mg) 12 13 17
Fosfor/P (mg) 191 226 220
Kalium/K (mg) 134 132 222
Natrium/Na (mg) 140 141 146
Seng/Zn (mg) 1,11 1,47 1,41
Tembaga/Cu (mg) 0,102 0,062 0,062
Mangan/Mn (mg) 0,038 0,038 0,038
Selenium/Se (mkg) 31,7 32,0 36,4
Thiamin (mg) 0,069 0,069 0,156
Riboflavin (mg) 0,478 0,478 0,404
Niasin (mg) 0,070 0,070 0,200
Asam Panthothenat (mg) 1,438 1,438 1,862
Vitamin B6 (mg) 0,143 0,143 0,250
Vitamin B12 (mkg) 1,29 1,58 5,40
Vitamin A (IU) 487 543 674
Vitamin E (mg) 0,97 1,08 1,34
Vitamin K (mkg) 0,3 0,3 0,4
Kolesterol (mg) 423 844 884
Sumber: USDA (2007)
Telur ayam ras merupakan telur yang paling umum dikonsumsi dan sangat bernutrisi tinggi. Telur ayam ras banyak mengandung berbagai jenis protein berkualitas tinggi. Pada albumen mengandung lima jenis protein yaitu ovalbumin, ovomukoid, ovomucin, ovokonalbumin, dan ovoglobulin, sedangkan pada yolk terdiri dari dua macam, yaitu ovovitelin dan ovolitelin. Ovovitelin adalah senyawa protein yang mengandung fosfor (P), sedangkan ovolitelin sedikit mengandung fosfor tapi banyak mengandung belerang (S) (Budiman, 2009). Telur ayam ras termasuk mengandung semua jenis asam amino esensial bagi kebutuhan manusia. Asam amino esensial merupakan komponen utama penyusun protein yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Telur ayam ras mengandung berbagai vitamin dan mineral, termasuk vitamin A, riboflavin, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, choline, besi, kalsium, fosfor dan potassium (Buckle et al., 2009).
Telur ayam ras juga merupakan makanan yang tergolong ekonomis serta merupakan sumber protein yang lengkap. Satu butir telur ayam ras berukuran besar mengandung sekitar 7 gram protein. Kandungan vitamin A, D, dan E terdapat dalam yolk. Telur ayam ras memang dikenal menjadi salah satu dari sedikit makanan yang mengandung vitamin D (Buckle et al., 2009).
Satu yolk besar mengandung sekitar 60 kalori dan albumen mengandung sekitar 15 kalori. Satu yolk besar mengandung dua per tiga jumlah kolesterol harian yang dianjurkan yaitu 300 mg. Manfaat kolesterol antara lain membentuk hormon korteks adrenal yang penting bagi metabolisme dan keseimbangan garam dalam tubuh, baik untuk pertumbuhan jaringan otak dan syaraf, pembungkus jaringan syaraf dan melapisi membran sel, membuat vitamin D yang sangat bermanfaat untuk menyerap kalsium tubuh sehingga kesehatan tulang dapat terjaga, serta sebagai bahan baku pembentukan asam garam empedu yang meningkatkan pembuangan lemak. Lemak dalam telur juga terdapat dalam bagian yolk. Satu yolk juga mengandung separuh jumlah choline harian yang dianjurkan. Choline merupakan nutrisi yang penting untuk perkembangan otak dan juga sangat penting untuk wanita hamil dan menyusui untuk memastikan perkembangan otak janin yang sehat (Buckle et al., 2009).
Kandungan nutrisi telur ayam ras memang berbeda-beda tergantung dari makanan dan kondisi lingkungan induk ayamnya. Telur dari ayam ras yang diternakkan bebas di padang rumput mengandung asam lemak Omega-3 empat kali lebih banyak, vitamin E dua kali lebih banyak, beta-karoten dua sampai enam kali lebih banyak, dan kolesterol hanya separuh daripada kandungan telur dari ayam yang hanya diternakkan di kandang dengan penghangat buatan (Buckle et al., 2009).
Telur ayam ras di Lampung rata-rata diproduksi oleh ayam petelur Isa Brown yang memiliki bulu berwarna coklat kemerahan serta termasuk ayam tipe medium. Standar hen-day production ayam petelur Isa Brown yaitu 95% pada puncak produksi dan hen-housed production 85% (Pokphand, 2005). Tabel produksi telur ayam ras petelur yang ada di provinsi Lampung dan Indonesia disajikan pada Tabel 2.
Struktur dan Komposisi Telur
Struktur telur secara umum terdiri dari kerabang telur, albumen, dan yolk.
Kerabang telur terdiri atas membran kerabang telur (outher shell membrane) dan membran albumen (inner shell membrane). Albumen terdiri atas lapisan encer luar (outer thin white), lapisan encer dalam (firm/ thick white), lapisan kental (inner thin white), dan lapisan kental dalam (inner thick white). Chalazae yang membatasi albumen dan yolk. Yolk terdiri atas membrane viteline, germinal disc, dan yolk sack (Buckle et al., 2007).
Telur yang diproduksi ayam ras petelur tidak selamanya mempunyai struktur yang normal. Ketidaknormalan telur tersebut dapat terjadi pada kerabang atau pada isi telur. Beberapa bentuk abnormalitas telur unggas.
Proses penuaan pada ayam
Adanya rangsangan (kejutan) sehingga ada benda asing (bekuan darah dari pendarahan) yang masuk ke oviduk yang akan diperlakukan sama seperti yolk sampai akhirnya telur keluar
Dua sel telur masuk secara bersamaa Sebuah sel telur masak dan masuk ke dalam oviduk, bersamaan dengan itu terjadi pelepasan sel telur yang lain
Setelah yolk melewati semua bagian oviduk sehingga membentuk telur yang sempurna, adanya gerakan anti-peristaltik maka telur yang sudah sempurna kembali ke infundibulum, telur yang sempurna tersebut diperlakukan sama halnya seperti yolk baru dilepaskan ovarium. Gerakan anti-peristaltik ini terjadi akibat ayam kaget (terkejut). Sumber: Kurtini et al. (2014)
1. Kerabang telur
Kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan berfungsi mengurangi kerusakan fisik maupun biologis, serta dilengkapi dengan pori-pori kerabang yang berguna untuk pertukaran gas dari dalam dan luar kerabang telur (Sumarni dan Djuarnani, 1995).
Komposisi kerabang telur terdiri atas 98,2% kalsium, 0,9% magnesium dan 0,9% fosfor (Stadelman dan Cotteril, 1973). Kerabang telur dilindungi oleh lapisan kutikula luar dan membran kerabang dalam (Yamamoto et al., 1996). Pada bagian kerabang telur ditemukan dua selaput (membran), yaitu membran kerabang telur (outer shell membrane) dan membran albumen (inner shell membrane) yang berfungsi melindungi isi telur dari infiltrasi bakteri dari luar (Kurtini et al., 2011).
Pada kerabang telur terdapat pori-pori. Banyaknya pori-pori per butir telur ayam ras berkisar antara 7.000--17.000 yang digunakan untuk pertukaran gas. Pori-pori tersebut berukuran 0,01--0,07 µm dan tersebar di seluruh permukaan telur. Kerabang telur pada bagian tumpul memiliki jumlah pori-pori per satuan luas lebih banyak dibandingkan dengan pori-pori bagian yang lain (Kurtini et al.,
2011).
Tebal kerabang telur ayam ras berkisar antara 0,330--0,350 mm. Tebalnya kerabang telur dipengaruhi beberapa faktor yaitu: umur, tipe ayam, zat-zat makanan, peristiwa faal dari organ tubuh, stres, dan komponen lapisan kerabang telur. Kerabang yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan dan pembusukan lebih cepat (Steward dan Abbott, 1972).
Ada empat bagian yang membentuk kerabang telur, yaitu (a) kutikula, lapisan tipis sekali (3--10 mikron) dan tidak mempunyai pori-pori, tetapi sifatnya dapat dilalui gas; (b) lapisan bunga karang (spongy/calcareous layer) terdiri dari protein serabut yang berbentuk anyaman dan lapisan kapur (CaCO3; Ca(PO4)2, MgCO3, Mg3(PO4)2; (c) lapisan mamalia (mammilary layer), sangat tipis, tebalnya 1/3 lapisan seluruh kerabang telur; dan (d) lapisan membran, terdiri dari 2 lapisan yang menyelubungi seluruh telur, tebalnya sekitar 65 mikron, semakin ke arah tumpul, semakin tebal (Kurtini et al., 2011).
2. Albumen (putih telur)
Bagian albumen terdiri dari 4 lapisan yang berbeda kekentalannya, yaitu lapisan encer luar (outer thin white), lapisan encer dalam (firm/thick white), lapisan kental (inner thin white), dan lapisan kental dalam (inner thick white/chalaziferous).
Perbedaan kekentalan ini disebabkan oleh perbedaan dalam kandungan airnya. Bagian albumen banyak mengandung air sehingga selama penyimpanan bagian ini pula yang mudah rusak. Kerusakkan terjadi terutama disebabkan oleh keluarnya air dari jala-jala ovomucin yang berfungsi sebagai pembentuk struktur albumen
(Kurtini et al., 2011).
Persentase total albumen dari setiap ayam bervariasi, tergantung dari bangsa, kondisi lingkungan, umur ayam, umur telur (lama penyimpanan), dan ukuran telur. Albumen mengandung total bahan padat sekitar 11--13% dan kadar protein menempati porsi yang paling besar (92%) (Kurtini et al., 2011).
3. Yolk (kuning telur)
Yolk terletak di pusat telur dan berwarna kuning. Yolk terdiri atas dua tipe emulsi lipoprotein yaitu kuning agak tua dan kuning cerah. Warna yolk mulai dari kuning pucat sekali sampai orange tua kemerahan. Hal ini disebabkan oleh pigmen dalam pakan ternak ayam, seperti betakarotein (Brown, 2000). Persentase yolk sekitar 30--32% dari berat telur. Asam lemak yang banyak terdapat pada yolk adalah linoleat, oleat dan stearat (Bell dan Weaver, 2002).
Yolk terdiri dari 3 bagian, yaitu (a) membran vitelin, (b) germinal disc, dan (c) yolk sack
a. Membran viteline
Yolk dibungkus oleh membran viteline setebal 6--11 mm dan terdiri dari 4 lapis, yaitu plasma membrane, inner layer, continous membrane, dan outer layer. Membran viteline sebagian terbentuk di ovarium, dan lainnya di oviduct. Berat membrane viteline sekitar 50 mg. Plasma membrane dan inner layer dibentuk di ovarium, continous membrane serta outer layer kemungkinan dibentuk di infundibulum. Plasma membrane terdiri dari 90% air dan dari bagian padatnya 80--90% protein serta 3% lemak (Kurtini et al., 2011).
b. Germinal disc
Germinal disc adalah bagian kecil dari ovum yang setelah terjadi ovulasi mengandung inti diploid zygote, dan jika tidak dibuahi adalah sisa dari haploid pronucleus betina. Germinal disc ini terbentuk dari sitoplasma oocyte dan mengandung cytoplasmic inclusions yang penting untuk aktivitas metabolisme normal dari perkembangan embrio. Germinal disc ini disebut blastoderm jika dibuahi dan blastodisc jika belum dibuahi oleh sperma (Kurtini et al., 2011).
c. Yolk sack (kantung kuning telur)
Kantung embrio unggas yang mempunyai buluh-buluh darah telur menyelubungi yolk; buluh-buluh darah yang terdapat pada dinding yolk sack berfungsi menyerap zat-zat makanan dari yolk untuk embrio; yolk sack akan diserap masuk ke dalam rongga perut embrio pada saat menetas (Kurtini et al., 2011). Yolk sack tumbuh pada permukaan yolk sampai sempurna menjadi membrane viteline, menempel pada usus, dan sebelum menetas yolk sack dimasukan ke dalam rongga tubuh sebagai cadangan makanan anak ayam selama 96 jam.
Standarisasi dan Kualitas Internal Telur
Menurut Kurtini et al. (2011), standar dan pengkelasan telur (grading) ditunjukkan untuk penyediaan telur yang seragam, baik bentuk fisik maupun karakter kualitasnya. Dasar penetapan kelas (grade) dilihat dari telur yang utuh, albumen, dan yolk.
Hubungan Lama Penyimpanan Terhadap Penurunan Kualitas Internal
Bahan pangan seperti telur ayam ras mempunyai sifat mudah rusak. Telur ayam ras akan mengalami penurunan kualitas seiring lamanya penyimpanan. Selama 14 hari penyimpanan pada suhu ruang, telur akan mengalami penurunan kualitas, bahkan akan segera membusuk (Hadiwiyoto, 1983).
Prinsip penyimpanan telur adalah mencegah evaporasi air, keluarnya CO2 dari dalam isi telur, dan mencegah masuknya mikroba ke dalam telur selama penyimpanan. Telur ayam ras akan tetap dalam keadaan segar sampai berumur 7 hari dengan penyimpanan yang baik (Kandi, 1992). Lama dan suhu dalam penyimpanan telur memengaruhi kualitas fisik telur. Penyimpanan telur ayam ras konsumsi pada suhu ruang dengan kelembaban 80--90% dapat mempertahankan kualitas telur selama 14 hari setelah ditelurkan (Badan Standarisasi Nasional, 2008). Suhu penyimpanan telur terbaik adalah 10ºC dan kelembaban ruang penyimpanan tidak boleh < 60% atau > 80% (Kurtini et al., 2014).
Penurunan berat telur ayam ras merupakan salah satu perubahan yang nyata selama penyimpanan dan berkorelasi hampir linier terhadap waktu di bawah kondisi lingkungan yang konstan. Kecepatan penurunan berat telur dapat diperbesar pada suhu tinggi dan kelembaban rendah. Kehilangan berat sebagian besar disebabkan oleh penguapan air terutama pada bagian albumen, dan sebagian kecil penguapan gas-gas seperti CO2, NH3, N2, dan sedikit H2S akibat degradasi komponen protein telur (Kurtini et al., 2011).
Telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang dengan kelembaban udara yang rendah akan mengalami penyusutan berat lebih cepat dibandingkan dengan telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang dengan kelembaban udara yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kelembaban yang rendah selama penyimpanan akan mempercepat penguapan karbondioksida dan air dari dalam telur, sehingga penyusutan berat akan lebih cepat (Stadelman dan Cotterill, 1995). Berbeda dengan kelembaban, semakin tinggi suhu maka CO2 yang hilang lebih banyak, sehingga menyebabkan pH albumen meningkat dan kondisi kental albumen menurun (Indratiningsih, 1984).
Indeks albumen menurun dengan cepat pada awal penyimpanan telur ayam ras dan kemudian penurunan indeks albumen berjalan lambat dengan meningkatnya umur penyimpanan telur ayam ras (Syamsir, 1993). Bertambahnya umur telur ayam ras mengakibatkan albumen menjadi encer dan akan bercampur dengan yolk. Hal ini disebabkan oleh kenaikan pH pada albumen akibat hilangnya CO2 yang lebih lanjut mengakibatkan serabut ovomucin berbentuk jala akan rusak dan pecah sehingga bagian cair dari albumen menjadi encer dan tinggi albumen menjadi berkurang (Hintono, 1997).
Indeks yolk pada telur ayam ras umur dua hari mengalami penurunan yang sangat nyata jika dibandingkan dengan indeks yolk telur ayam ras umur 0 hari. Indeks yolk pada umur 0 hari adalah 0,489 yang menurun menjadi 0,445 (Syamsir, 1993).
Penyimpanan dapat meningkatkan nilai pH telur. Meningkatnya nilai pH telur terjadi karena penguraian senyawa NaHCO3 menjadi NaOH dan CO2. NaOH
yang dibentuk akan diurai menjadi Na+ dan OH- sedangkan CO2 yang dibentuk akan menguap, sehingga meningkatkan pH albumen. Peningkatan pH tersebut akan membentuk ikatan kompleks ovomucin-lysozyme yang menyebabkan kondisi albumen menjadi encer (Budiman dan Rukmiasih, 2007).
Hubungan Warna Kerabang Terhadap Kualitas Internal
Warna kerabang telur ayam ras dibedakan menjadi dua warna utama, cokelat muda dan cokelat tua. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh genetik dari masingmasing ayam (Romanoff dan Romanoff, 1963). Warna cokelat pada kerabang dipengaruhi oleh phorpirin yang tersusun dari protophorpirin, koprophorpirin, urophorpirin, dan beberapa jenis phorpirin yang belum teridentifikasi (Miksikk et al., 1996). Warna kerabang selain dipengaruhi jenis pigmen juga dipengaruhi oleh konsentrasi pigmen warna telur dan juga struktur dari kerabang telur
(Hargitai et al., 2011).
Telur ayam ras dengan warna cokelat tua lebih kuat dan tebal dibandingkan dengan telur berwarna cokelat muda (Joseph et al., 1999). Menurut penelitian Gosler et al. (2005), pigmen protophorpirin pada telur cokelat memiliki hubungan dengan ketebalan kerabang. Protophorpirin memiliki fungsi dalam pembentukan kekuatan struktur kerabang.
Intensitas warna cokelat kerabang telur ayam ras berpengaruh nyata terhadap penyusutan berat telur. Telur ayam ras dengan warna kerabang cokelat muda menunjukkan penyusutan berat yang berbeda nyata dibandingkan dengan telur yang berwarna cokelat tua dan cokelat, sedangkan telur dengan warna cokelat tua penyusutan beratnya tidak berbeda nyata dengan telur yang berwarna cokelat.
Penyusutan berat tertinggi yaitu telur dengan kerabang berwarna cokelat muda dengan penyusutan berat rata-rata sebesar 3,51 ± 2,33% (Jazil et al., 2012).
Telur ayam ras dengan warna cokelat muda lebih cepat kehilangan beratnya dibandingkan dengan telur yang memiliki intensitas warna lebih tua. Telur dengan warna cokelat muda lebih cepat penyusutannya karena ketebalan kerabangnya paling tipis jika dibandingkan dengan telur yang berwarna cokelat dan cokelat tua. Telur dengan warna kerabang cokelat tua memiliki ketebalan kerabang rata-rata 0,29 ± 0,01 mm, telur yang berwarna cokelat ketebalan kerabangnya 0,25 ± 0,01 mm dan ketebalan kerabang telur yang berwarna cokelat muda adalah 0,22 ± 0,04 mm (Jazil et al., 2012).
Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph et al. (1999) yang meyatakan bahwa telur dengan kerabang cokelat tua lebih tebal dan kuat jika dibandingkan dengan telur yang memiliki kerabang cokelat muda. Menurut Haryono (2000), kerabang telur yang lebih tipis relatif berpori lebih banyak dan besar sehingga mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan.
Kualitas Internal Telur
Penilaian utama untuk menilai kualitas internal telur dilakukan terhadap albumen dan yolk. Pengukuran bagian internal telur dapat dilakukan dengan metoda pengukuran indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur.
1. Indeks albumen
Indeks albumen yaitu perbandingan antara tinggi albumen kental (mm) dan ratarata diameter terpanjang dan terpendek dari albumen kental (mm). Pada telur yang baru ditelurkan, indeks albumen berkisar antara 0,050--0,174, indeks ini menurun karena penyimpanan telur (Kurtini et al., 2011).
Berdasarkan hasil penelitian Syamsir (1993), pada telur ayam ras umur 2 hari telah terjadi penurunan indeks albumen yang sangat nyata jika dibandingkan indeks albumen telur ayam ras pada umur 0 hari. Nilai indeks albumen telur ayam ras 0 hari adalah 0,092 menurun menjadi 0,051. Indeks albumen menurun dengan cepat pada awal penyimpanan telur, dan kemudian penurunan nilai indeks albumen berjalan lambat dengan meningkatnya umur penyimpanan telur. Indeks albumen diukur dari perbandingan antara tinggi dengan lebar albumen kental. Telur yang masih segar mempunyai albumen kental yang ditandai dengan tingginya lapisan albumen kental. Dengan meningkatnya umur telur, tinggi lapisan kental itu akan menurun karena terjadinya perubahan struktur gelnya
(Syamsir, 1993).
Pengenceran bagian albumen kental terjadi karena adanya kerusakan fisikokimia dari serabut ovomucin yang menyebabkan keluarnya air dari jala-jala yang telah dibentuknya. Ovomucin merupakan glikoprotein berbentuk serabut dan dapat mengikat air membentuk struktur gel (Stadelman dan Cotteril,1973). Abbas (1989) menyatakan bahwa berkurangnya tinggi albumen akibat migrasi air dari albumen ke yolk mengakibatkan interaksi antara lysozyme dengan ovomucin yang menyebabkan berkurangnya daya larut ovomucin dan merusak kekentalan albumen.
2. Indeks yolk
Indeks yolk yaitu perbandingan antara tinggi dan lebar yolk. Indeks yolk berkisar antara 0,330--0,500. Semakin lama telur disimpan, indeks yolk turun akibat merembesnya air dari albumen ke yolk (Kurtini et al., 2011).
Syamsir (1993) dalam penelitiannya menyatakan bahwa indeks yolk telur ayam ras umur 2 hari mengalami penurunan yang sangat nyata jika dibandingkan dengan indeks yolk telur ayam ras umur 0 hari. Indeks yolk telur ayam ras pada umur 0 hari adalah 0,489 yang menurun menjadi 0,445.
Indeks yolk telur ayam ras berbanding lurus dengan tinggi yolk. Dengan meningkatnya umur telur, yolk semakin rata sehingga tingginya semakin rendah karena terjadinya penurunan elastisitas membrane viteline (Sirait, 1986). Hal ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik akibat adanya proses penguapan air dari bagian albumen. Adanya perbedaan tekanan tersebut menyebabkan aliran air yang kontinyu dari bagian albumen ke membran viteline dan mengakibatkan membesarnya bagian yolk (Romanoff dan Romanoff, 1963).
Perembesan H2O dapat menyebabkan peregangan dan pecahnya membran viteline sehingga terjadi pencampuran albumen dan yolk (Abbas, 1989). Penurunan indeks yolk merupakan fungsi dari membran viteline. Semakin lama penyimpanan, membran viteline mudah pecah karena kehilangan kekuatan dan menurunnya elastisitas sehingga indeks yolk menurun setelah disimpan selama beberapa minggu (Kurtini et al., 2011).
3. pH telur
Telur ayam ras yang baru ditelurkan pHnya sekitar 7,8 tetapi selama penyimpanan dapat meningkat menjadi 9,5 atau lebih pada telur kualitas rendah (Kurtini et al., 2011). Menurut penelitian Sihombing (2014), pH telur yang baru ditelurkan berkisar 7,60--7,90. Peningkatan pH telur disebabkan oleh penguapan CO2 yang mengakibatkan berubahnya konsentrasi hydrogen (Kurtini et al., 2011).
Perubahan kandungan CO2 dalam albumen akan mengakibatkan perubahan pH albumen menjadi basa. Selama penyimpanan pH telur ayam ras semakin meningkat dari pH segar 8,12 menjadi 9,26 setelah 7 hari masa simpan dan 9,43 setelah 14 hari masa simpan (Jazil et al., 2012).
Kurtini et al. (2011) menyatakan bahwa konsentrasi ion bikarbonat dan karbonat dipengaruhi CO2. Banyaknya CO2 yang hilang melalui pori-pori kerabang telur mengakibatkan konsentrasi ion bikarbonat dalam albumen menurun dan merusak sistem buffer. Hal tersebut menjadikan albumen dan yolk bersifat basa sehingga mengakibatkan peningkatan pH telur (Romanoff dan Romanoff, 1963).