Lahan Pertanian yang Ada di Kalimantan Selatan
• Datar (0 - 8 %)
Meliputi sepanjang Pantai Timur dan Pantai Selatan, Pantai
Pulau Laut, sepanjang Sungai Barito dan sungai lainnya. Luas sekitar 853.375 ha
(23,08 %), sudah termasuk rawa seluas 700.000 ha.
• Landai (8 – 15 %)
Meliputi wilayah sebelah dalam dari wilayah ini yang
merupakan daerah kering dengan luas sekitar 646.250 ha (17,47 %).
• Agak Curam (15 – 25 %)
Meliputi lereng-lereng bawah sebelah Barat dan Timur
pegunungan Meratus. Memanjang dari Selatan ke Utara, terletak di tengah wilayah
Propinsi. Luas sekitar 1.751.472 ha
(47,34 %).
• Curam (25 – 45 %)
Meliputi lereng-lereng yang lebih atas si sepanjang
Pegunungan Meratus dan bagian hulu sungai. Luas sekitar 360.750 ha (9,75 %).
Ketinggian Tanah
Ketinggian Tanah di Kalsel umumnya kurang dari 100 m dpl,
kecuali Puncak Pegunungan seperti Gunung Kakung (1.177 m), Gunung Ambunak
(1.150 m), Gunung Haluniah (1.177 m) dan Gunung Lumut (1.063 m).
Hidrologi
• Wilayah Kalsel dialiri sungai antara lain : Sungai Barito,
Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai,
Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan, dan
sebagainya.
• Umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal pada Pegungungan
Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makassar
IKLIM
Menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson, Kalsel termasuk
tipe A dan tipe E
Tipe A mencakup wilayah pegunungan dengan luas 1.835.000
ha
Tipe E mencakup
wilayah Pantai Timur, Selatan dan sebelah Barat di kiri – kanan Sungai Barito
dengan luas 1.865.000 ha
Menurut klasifikasi Oldeman di Kalsel terdapat 3 tipe iklim:
Bagian Barat Propinsi termasuk tipe C2 dengan 5 – 6 bulan
basah (>200 mm) dan 2 – 3 bulan kering (<100 mm)
Sebelah Utara Kalsel termasuk tipe iklim C1 dengan 5 – 6
bulan basan dan 2 bulan kering
Daerah Pantai Timur dan Tenggara yaitu Tanah Laut dan
Pulau Sebuku termasuk tipe B1 dengan 7 - 9 bulan kering
Perda Nomor : 9 Tahun 2000
Luas : 3.753.052 HA
Kawasan Lindung : 842.228 Ha
(22,44 %)
Kawasan Budidaya : 2.910.814 Ha
(77,56 %)
a. Kaw. Hutan Prod. : 891.413 Ha
b. Kaw. Pertanian : 1.861.883 Ha
Kawasan Perindustrian : 8.157 Ha
Kawasan Pariwisata : 3.407 Ha
Kawasan Pemukiman : 145.963 Ha
Lahan
• Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi
beserta segenap karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi
perikehidupan manusia (Christian dan Stewart, 1968).
• Lahan atau land : suatu wilayah di permukaan bumi,
mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis
yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan
induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang
ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya
itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan
di masa mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO, 1976).
Sumberdaya lahan
• Sumberdaya lahan mencakup semua karakteristik dan
proses-proses serta fenomena-fenomena lahan yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia.
• Salah satu tipe penggunaan lahan yang penting ialah
penggunaan sumberdaya lahan dalam tipe-tipe pemanfaatan lahan (land utilization
type) pertanian untuk mendapatkan hasil-hasil pertanian dan ternak
(Hardjowigeno, 1985).
Lahan sebagai suatu sistem, tersusun atas :
1. Komponen struktural, disebut karakteristik lahan,
2. Komponen fungsional, sering disebut kualitas lahan.
Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok
unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan
dan kesesuaian lahan (FAO, 1976).
Kesesuaian lahan
Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan penggambaran
tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Sitorus,
1985).
Dalam bidang pertanian, kesesuaian lahan dikaitkan dengan
penggunaannya untuk usaha pertanian.
Brinkman dan Smyth (1973) telah menemukan beberapa kualitas
lahan yang menentukan tingkat kesesuaian lahan bagi tanaman. Kualitas lahan ini adalah ketersediaan air
tanah, ketersediaan unsur hara, daya menahan unsur hara, kemasaman, ketahanan terhadap erosi, sifat
olah tanah, kondisi iklim, dan kondisi daerah perakaran tanaman.
Konsepsi ini telah dikembangkan lebih lanjut oleh
Soepraptohardjo dan Robinson (1975), yang telah mengemukakan beberapa faktor
penting lainnya, yaitu kedalaman efektif tanah, tekstur tanah di daerah
perakaran, pori air tersedia, batu-batu di permukaan tanah, kesuburan tanah,
reaksi tanah, keracunan hara, kemiringan, erodibilitas tanah, dan keadaan agro
klimat.
Upaya pemanfaatan
lahan pertanian
Upaya pemanfaatan lahan pertanian ditujukan untuk
mendapatkan hasil-hasil dari komoditas pertanian.
Aktivitas pengelolaan sumberdaya lahan merupakan upaya
penyesuaian antara kondisi lahan yang ada dengan persyaratan bagi komoditas
pertanian (Sitorus, 1985)
Kondisi lahan ini menjadi kendala yang membatasi kemampuan
dan kesesuaian sumberdaya lahan terhadap persyaratan penggunaan dan pemanfaatan
lahan.
Secara operasional, konsepsi kondisi lahan dijabarkan dalam
konsepsi kualitas lahan yang dapat dievaluasi secara lebih kuantitatif dan
lebih obyektif (Soemarno, 1990; Janssen, 1991).
Syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan teknologi
pengelolaan lahan :
1. Teknis dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat
2. Ekonomis menguntungkan
3. Sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong
motivasi petani
4. Aman lingkungan, dan
5. Mendorong pertumbuhan wilayah secara berkelanjutan
(Satari, dkk., 1991).
Jenis-jenis Lahan di Kalsel
Lahan Kering
lahan tadah hujan, tegalan, ladang, kebun campuran,
perkebunan, hutan, semak, padang rumput, dan padang alang-alang.
Lahan basah
Lahan basah alami : lahan rawa (pasang surut dan lebak).
karena pengaruh il;im dan topografi
Lahan basah buatan : lahan sawah
LAHAN KERING
Potensial untuk pengembangan pertanian baik tanaman pangan,
hortikultura (sayuran dan buah), maupun tanaman tahunan/ perkebunan serta
peternakan dan HMT
Salah satu pilihan strategis dalam menghadapi tantangan
terutama untuk peningkatan produksi pertanian dan mendukung program ketahanan
pangan nasional.
Pengertian Lahan Kering
• Asal padanan kata bahasa inggris : upland, dryland,
unirrigated land, menyiratkan penggunaan pertanian tadah hujan
• Upland (lahan atasan) merupakan lawan kata low land (lahan
bawahan) yang terkait dengan kondisi drainase
Menurut Tejoyuwono (1989) :
a. Untuk kawasan atau daerah yang memiliki jumlah evaporasi
potensial melebihi jumlah curah hujan aktual atau daerah yang jumlah curah
hujannya tidak mencukupi untuk usaha pertanian tanpa irigasi disebut dengan
“Daerah Kering”.
b. Untuk lahan dengan drainase alamiah lancar dan bukan
merupakan daerah dataran banjir, rawa, lahan dengan air tanah dangkal, atau
lahan basah alamiah lain istilahnya lahan atasan atau Upland.
c. Untuk lahan pertanian yang diusahakan tanpa penggenangan,
istilahnya lahan kering.
Suwardji (2003) : Lahan kering adalah hamparan lahan yang
didayagunakan tanpa penggenangan air, baik secara permanen maupun musiman
dengan sumber air berupa hujan atau air irigasi.
Soil Survey Staffs (1999) : Lahan kering adalah hamparan
lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama periode sebagian
besar waktu dalam setahun. Tipologi lahan ini dapat dijumpai dari dataran
rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi
(> 700 m dpl).
Tanah di Kawasan Tropik Basah :
• Memperoleh energi matahari dan curah hujan yang tinggi
sepanjang tahun.
• Kondisi tersebut menyebabkan tanah menjadi reaktif (peka)
dan mempunyai tingkat erosi serta pencucian (leaching) yang tinggi.
• Temperatur dan kelembaban udara yang juga tinggi
mengakibatkan dekomposisi bahan organik dan pelepasan hara berlangsung cepat.
• Pencucian merupakan penyebab utama masalah kesuburan tanah
pertanian tropis (Bartholomew, 1972)