Pengembangan Pertanian Untuk Keberhasilan Usahatani
Pengembangan pertanian sudah selayaknya berorientasi pada
Resources base, yang berarti bahwa kedudukan sumberdaya alam pada suatu wilayah
merupakan titik sentral perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi terhadap
keberadaan suatu wilayah serta lokasi pengembangan berdasarkan agroekosistem,
kesesuaian lahan dan potensi/peluang pasar dilakukan dalam penentuan prioritas
komoditas dan alternatifnya (Badan Pusat Statistik, 2007).
Pembangunan pertanian perlu dilaksanakan dengan pendekatan
perencanaan wilayah atau komoditas pertanian yang dikembangkan berdasarkan
kesesuaian lahan/lokasi dan pendekatan agribisnis berbasis dipedesaan.
Kegiatan usahatani merupakan kegiatan produksi (input) untuk
menghasilkan suatu produk (output) dimana kegiatan usahatani tidak terlepas
dari penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu
produk yang kemudian dijual (ditawarkan) kepasaran untuk mendapatkan keuntungan
dari kegiatan usahatani tersebut.
Penawaran produk pertanian menyatakan hubungan jumlah produk
pertanian yang ditawarkan dengan berbagai variabel yang mempengaruhi penawaran
seperti teknologi, harga input, harga produksi komoditas lain, jumlah produsen,
harapan produsen dan tujuan dari usahatani itu sendiri dianggap konstan/tetap
(Moehar Daniel,2004).
Menurut Mayers (1989), penawaran merupakan suatu skala
jumlah sesuatu benda yang ditawarkan pada sejumlah harga pada saat tertentu
atau selama periode tertentu, ditambahkan Gilarso (1989), penawaran adalah
jumlah dari suatu barang tertentu yang akan dijual pada berbagai kemungkinan
harga untuk jangka waktu tertentu.
Hukum penawaran menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu
barang, makin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para
penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang makin sedikit jumlah
barang yang ditawarkan oleh para penjual.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usahatani meliputi
faktor intern dan faktor ekstern diantaranya adalah: faktor-faktor pada
usahatani itu sendiri (intern) seperti; petani pengelola, tanah usahatani,
tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan
penerimaan keluarga dan jumlah keluarga, faktor-faktor diluar usahatani
(ekstern) antara lain; tersedianya sarana transportasi dan komunikasi,
aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil,
harga saprodi dan lain-lain) serta sarana penyuluhan bagi petani.
Secara sektoral, sektor pertanian terdiri dari sub-sektor
pertanian tanaman pangan, sub-sektor perkebunan, sub-sektor peternakan,
sub-sektor perikanan, dan sub-sektor kehutanan. Dari semuanya, sub-sektor
pertanian tanaman pangan khususnya padi merupakan penghidupan bagi sebagian
besar penduduk indonesia. Komoditas hasil pertanian utamanya beras juga sangat
berperan penting dalam memantapkan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi,
kestabilan ekonomi dan kestabilan politik (Adiratma, 2004).
Padi merupakan salah satu komoditi penting di sektor
pertanian di Indonesia. Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia yang sebagian
besar mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Sedemikian besarnya kebutuhan
masyarakat akan padi membuat tanaman padi menjadi komoditas yang terus diusahakan
budidayanya. Semakin lama jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah banyak,
sehingga diperlukan tambahan luas lahan untuk usahatani padi di Indonesia guna
memenuhi kebutuhan akan padi yang juga semakin meningkat.
Sebagai sumber karbohidrat yang paling utama, beras
merupakan komoditi pangan yang penting peranannya bagi pemerintah maupun rakyat
indonesia. Beras dikonsumsi oleh hampir seluruh rakyat indonesia, terhitung
bahwa partisipasi konsumsi beras mencapai 96,87%. Beras masih merupakan porsi
terbesar dalam pengeluaran rumah tangga, terutama penduduk yang miskin.
Diperkirakan 70% dari pengeluaran rumah tangga penduduk miskin dibelanjakan
untuk pangan, sedangkan pengeluaran untuk beras diperkirakan mencapai 25% dari
total pengeluaran rumah tangga (Pranolo, 2000).
Dusun Girirejo merupakan salah satu daerah di Kelurahan
Lempake yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Pada wilayah Dusun
Girirejo komoditi tanaman utama adalah padi sawah dengan luas tanam 200,00 ha
dengan jumlah produktivitas 5,00 ton/ha (Data Monografi Kelurahan
Lempake,2008).
Berdasarkan laporan tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kalimantan Timur pada tahun 2003-2007 untuk Kota Samarinda pemenuhan konsumsi
tanaman padi mengalami fluktuasi. Pada tahun 2003 jumlah produksi siap konsumsi
untuk tanaman padi sebesar 13.125 ton dan mengalami peningkatan produksi siap
konsumsi tanaman padi pada tahun 2004 sebesar 14.779 ton dari jumlah produksi
25.520 ton namun pada tahun 2005 produksi siap konsumsi tanaman padi mengalami
penurunan sebesar 11.659 ton dari jumlah produksi 20.105 ton sedangkan pada
tahun 2006-2007 mengalami peningkatan sebesar 15.515-16.312 ton dari jumlah
produksi 26.755-28.130 ton (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan
Timur,2007).
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Beras Di
Tingkat Petani Di Dusun Girirejo Kelurahan
Lempake Kota Samarinda”.