-->

Negara Indonesia dalam Pandangan Perspektif Geografi

Indonesia adalah negara kepulauan (archipellagos), terdiri dari 17508 pulau, diapit oleh dua benua dan dua samudera luas. Wilayah geografis Indonesia yang luas memiliki garis pantai yang sangat panjang, memiliki variasi geologis, topografis, dan klimatologis.  Penduduknya terdiri dari berbagai ras dan etnisitas, memiliki tradisi, budaya, bahasa daerah dan religi yang beragam, sehingga bangsa Indonesia bersifat multi kultural. 

Multikultural dibentuk oleh  multi etnik, multi bahasa, multi tradisi, multi religi, dan multi-multi lainnya. Karakteristik ini dibentuk oleh sejarah bangsa yang panjang yang penuh dinamika dan romantika.  Di sisi lain, keragaman kondisi yang demikian dalam perspektif Geografi, dipandang sebagai korelasi kausal antara lingkungan fisiogeografis dan lingkungan sosiogeografis. Fakta dan fenomena ini merupakan konsekuensi logis dari keadaan geografis yang demikian, sehingga pemahaman dan eksistensi multikulturalisme menjadi sangat penting dan strategis.

Negara Indonesia dalam Pandangan Perspektif  Geografi
Dalam perjalanan kehidupan berbangsa, keragaman sosial semakin luas dimensinya  karena dampak dari berbagai program pembangunan yang diferensial. Hal itu muncul dalam aspek sosioekonomi masyarakat yang tercermin dalam strata sosial antara lain mencakup pendidikan, kesehatan dan ekonomi terutama pendapatan. Kondisi ini tidak mungkin dibuat serba sama, serba seragam, dan homogen, sehingga terjadilah disvaritas regional dan sektoral. Dalam beberapa kasus disvaritas disebabkan oleh kekuatan internal dan eksternal, sehingga timbullah kesenjangan antarkelompok, antarkomunitas secara dikotomis.

Contohnya adalah dikotomi masyarakat maju versus primitif, modern versus tradisional, kelompok kaya versus kelompok miskin, masyarakat pedesaan versus perkotaan, kelompok berkembang versus marginal, kelompok mayoritas versus minoritas. Kondisi yang senjang ini cenderung melebar dan menimbulkan disharmoni, jika kesenjangan tidak dikelola secara baik sangat berpotensi menimbulkan konflik. Konflik di masyarakat dapat bersifat internal dan eksternal, atau konflik lateral dan konflik vertikal, jika ini terjadi maka akan menciptakan terkurasnya  modal sosial.     

Demokrasi, penegakan hukum, penegakan hak azasi manusia (HAM) jika dibangun di atas landasan yang rapuh, sangat sulit diwujudkan karena sebagaian besar warga negara berpendidikan rendah, miskin dengan pendapatan yang relatif rendah, hidup dalam kemiskinan dan masih banyak pengangguran. Membangun demokrasi di tengah kemiskinan, kebodohan banyak menghadapi benturan, dapat terjadi di mana saja di belahan dunia lain, demikian juga halnya.

Berdemokrasi dan menegakkan hukum dan HAM di dalam masyarakat yang pendidikannya baik dan ekonomi juga baik akan lebih mudah dan berjalan secara elegan. Orang-orang ini sangat piawai berargumentasi mempergunakan nalar dan pikiran yang rasional dan sehat, dengan kata lain mencari solusi atas suatu permasalahan atau pertentangan di masyarakat, ada selogan di masyarakat bahorang pintar pakai “otak”, orang bodoh pakai “otot”.

Dalam konteks ini, nampaknya benar seperti yang dikemukakan oleh Tim Peneliti yang dipimpin Prof. Adrian Raine, dari University of Southern California, dimuat dalam Journal of  Psychiatri, yang menyatakan bahwa anak kurang gizi cenderung agresif dan anti sosial. 

Kurang gizi diindikasikan oleh kurangnya zat penting seperti seng (Zn) dan zat besi, sehingga kekurangan vitamin B dan protein, akibatnya IQ rendah, perilakunya agresif dan perilaku anti sosial, pada usia 17 tahun, bukan sikap anti sosial saja, namun berpotensi melakukan tindakan kriminal seperti mencuri atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang, n4rk*b* (TEMPO, 15 Desember 2004, h 1080).

Terdapat  korelasi yang positif antara kehidupan sosioekonomi dengan kehidupan sosiopolitik suatu komunitas. Bangsa-bangsa di Eropah, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Korea, kehidupan demokrasinya jauh lebih baik dibanding orang-orang Asia lainnya, dan Amerika Latin. Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara di benua Afrika yang sebagian besar tingkat ekonomi dan pendidikan rendah, kehidupan demokrasinya jauh lebih baik.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel